Ajang tinju Superstar Knockout Vol. 3 menghadirkan duel panas antara El Rumi dan Jefri Nichol di Jakarta International Convention Center (JICC), Minggu (10/8/2025). Pertarungan yang dijadwalkan berlangsung lima ronde itu justru berakhir jauh lebih cepat.
Hanya dalam waktu 38 detik, wasit terpaksa menghentikan laga setelah Jefri menerima serangan bertubi-tubi dari El Rumi. Dengan keputusan Technical Knock Out (TKO), El Rumi keluar sebagai pemenang.
Hasil ini sekaligus menjadi kemenangan kedua El atas Jefri, setelah sebelumnya ia juga mengalahkannya pada 2023. Rampung pertandingan, media sosial kemudian ramai membahas duel tersebut.
Tak sedikit netizen yang mengaku tidak mengerti mengapa pertandingan bisa berjalan begitu cepat. Serta, mereka juga bingung apa bedanya menang dengan keputusan TKO dan KO. Untuk itu, mari kita bahas perbedaan TKO dan KO dalam tinju.
Apa itu Technical Knockout (TKO)?

Technical Knockout (TKO) berbeda dengan Knockout (KO). Jika KO ditentukan oleh apakah petinju bisa bangkit sebelum hitungan ke-10, maka TKO terjadi murni atas keputusan wasit. Pertimbangan utamanya adalah keselamatan petinju, sehingga wasit dapat menghentikan pertarungan meskipun hitungan belum selesai. Biasanya, tanda TKO diberikan wasit dengan menyilangkan kedua tangan.
Seorang petinju bisa dinyatakan kalah TKO karena beberapa alasan, antara lain:
- Mengalami cedera atau pendarahan serius akibat pukulan lawan.
- Dokter ring merekomendasikan penghentian laga setelah menilai kondisi petinju tidak layak melanjutkan. Meski begitu, keputusan akhir tetap berada di tangan wasit.
- Wasit menilai kekuatan sudah tidak berimbang dan petinju tidak mampu melanjutkan pertandingan.
- Petinju jatuh ke kanvas dalam kondisi kritis, sehingga wasit tak perlu melanjutkan hitungan hingga 10.
- Pihak pelatih melemparkan handuk ke ring sebagai tanda menyerah karena petinju tidak sanggup bertarung.
- Dalam beberapa aturan, jika petinju terkena knockdown tiga kali dalam satu ronde, wasit dapat menghentikan pertandingan.
Dengan begitu, TKO pada dasarnya adalah langkah pencegahan demi keselamatan petinju di atas segalanya.
Perbedaan TKO dan KO dalam tinju
Knockout (KO) terjadi ketika seorang petinju dijatuhkan lawan hingga tidak mampu bangkit dalam posisi berdiri tegak atau tidak bisa merespons instruksi wasit sampai hitungan ke-10. Jika petinju terjatuh sampai keluar ring, hitungan akan diperpanjang hingga 20 detik.
Singkatnya, KO berfokus pada ketidakmampuan petinju bangkit dalam hitungan waktu, sedangkan TKO lebih menekankan pada keselamatan petinju atas pertimbangan wasit.
Peran wasit dan juri dalam pertandingan tinju
Olahraga tinju profesional selalu menarik perhatian karena menghadirkan momen knockout (KO) yang spektakuler, dramatis, sekaligus brutal. Dalam sebagian besar pertarungan, terdapat tiga juri yang duduk di tepi ring untuk menilai jalannya laga secara langsung.
Ketiga juri tersebut ditunjuk dan disetujui oleh badan yang memberikan lisensi pertandingan. Biasanya, mereka dipilih dari lokasi yang netral agar tidak memihak salah satu kontestan. Sistem tiga juri ini menjadi aturan wajib untuk pertarungan bergengsi, terutama yang berstatus kejuaraan.
Namun, dalam laga debut seorang petinju profesional yang umumnya hanya berlangsung empat ronde, penilaian sering kali tidak dilakukan oleh tiga juri. Pada level ini, keputusan biasanya cukup ditentukan oleh satu orang wasit yang memimpin pertandingan.
Begini cara petinju mendapatkan poin saat pertandingan
Jika tidak ada petinju yang menang KO hingga ronde terakhir, maka pemenang akan ditentukan melalui kartu skor juri. Setiap ronde, juri memberikan nilai dengan sistem 10-point must system, di mana pemenang ronde mendapat 10 poin, sementara lawannya biasanya mendapat nilai lebih rendah, tergantung jalannya pertarungan.
Dengan sistem ini, seorang petinju bisa mengumpulkan hingga 120 poin dalam laga 12 ronde, atau 100 poin dalam laga 10 ronde. Dalam menilai ronde, juri tinju memperhatikan beberapa aspek utama berikut:
Agresi efektif: Agresivitas saja tidak cukup. Seorang petinju dianggap agresif secara efektif jika pukulannya konsisten mengenai sasaran sekaligus mampu menghindari serangan lawan.
Ring generalship: Petinju yang mampu mengendalikan tempo pertarungan, memaksakan gaya bertarungnya, dan membuat lawan mengikuti alurnya, biasanya dianggap unggul.
Pertahanan: Keterampilan menghindar juga penting. Juri menilai kemampuan petinju dalam menangkis, menghindar, atau memblok pukulan lawan.
Pukulan bersih dan keras: Banyak pukulan tidak selalu berarti efektif. Juri menilai pukulan yang mendarat dengan jelas, keras, dan tepat sasaran, bukan sekadar pukulan yang tampak aktif namun tidak mengenai target.