Newscapz

Jejak Sejarah dan Modernisasi Stadion Sepak Bola di Tanah Air

Sepak bola adalah salah satu olahraga yang paling mendapat perhatian di Tanah Air. Setiap berita, perkembangan, rumor, kemenangan, hingga kekalahan selalu menjadi sorotan publik. Antusiasme masyarakat terlihat jelas, mulai dari stadion yang penuh sesak dengan suporter, tayangan pertandingan yang selalu ditunggu, hingga perbincangan hangat di media sosial.

Salah satu elemen terpenting dalam dunia sepak bola adalah stadion. Di Indonesia, sudah berdiri stadion berstandar internasional yang mampu menggelar pertandingan berskala besar. Menariknya, beberapa stadion tersebut tidak hanya berfungsi sebagai arena olahraga, tetapi juga menyimpan nilai historis yang lekat dengan perjalanan bangsa.

Stadion Gelora Bung Karno

Awalnya, stadion Gelora Bung Karno (GBK) dibangun sebagai arena utama untuk Asian Games IV tahun 1962 ketika Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah. Saat itu, meski Indonesia masih tergolong negara baru dengan keterbatasan sumber daya, Soekarno memiliki gagasan besar untuk membangun kompleks olahraga yang megah.

Bagi Soekarno, proyek ini bukan hanya sekadar stadion, melainkan kesempatan emas untuk menunjukkan kebesaran dan kemampuan Indonesia di mata dunia.

Stadion yang dinamai sesuai nama presiden pertama RI tersebut awalnya hanya mampu menampung 110.000 penonton. Namun, seiring berjalannya waktu dan berbagai renovasi untuk memenuhi standar internasional, kapasitasnya disesuaikan.

Pada tahun 2006, kapasitasnya berkurang menjadi 88.000 kursi, dan setelah renovasi besar-besaran menjelang Asian Games dan Asian Para Games 2018, kapasitasnya menjadi 77.000 kursi. Hingga kini, GBK tetap berdiri tegak sebagai ikon olahraga dan simbol kebanggaan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Stadion Gajayana Malang

Stadion Gajayana di Kota Malang, Jawa Timur, adalah salah satu stadion tertua di Indonesia. Dibangun atas prakarsa Wali Kota Malang H.I. Bussemaker, stadion ini rampung pada tahun 1926. 

Stadion ini tak hanya menjadi saksi bisu perkembangan olahraga, tetapi juga punya peran penting dalam sejarah bangsa. Stadion Gajayana sempat menjadi markas militer Indonesia saat Agresi Militer Belanda I.

Awalnya, kapasitasnya hanya 5.000 penonton. Seiring berjalannya waktu, Stadion Gajayana mengalami beberapa kali renovasi. Kapasitasnya meningkat menjadi 17.000 pada tahun 1990-an, lalu bertambah lagi menjadi 25.000 setelah renovasi besar di tahun 2008.

Kini, Stadion Gajayana telah menjelma menjadi kompleks olahraga modern yang lengkap. Berbagai fasilitas tersedia di sini, mulai dari tribun penonton, lintasan lari, kolam renang semi-indoor berstandar internasional, hingga lapangan untuk tenis, bulu tangkis, dan basket. 

Sebagai markas bagi klub sepak bola populer seperti Persema Malang, Arema, dan Sumbersari FC, stadion ini juga menjadi pusat kegiatan olahraga bagi masyarakat Kota Malang.

Stadion Siliwangi Bandung

Stadion Siliwangi adalah salah satu ikon budaya dan olahraga Kota Bandung. Jauh sebelum menjadi stadion, kawasan ini dikenal sebagai Lapangan SPARTA, yang sejak 1910-an digunakan sebagai markas dan tempat latihan tim sepak bola militer Hindia Belanda.

Setelah kemerdekaan, pembangunan stadion dimulai pada 1 Januari 1954 atas inisiatif Panglima Kodam III/Siliwangi saat itu, Kolonel Inf A.E. Kawilarang. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi pembinaan jasmani para anggota militer. 

Selama puluhan tahun, stadion ini juga telah menjadi kandang bagi Persib Bandung. Mulai dari era perserikatan hingga awal 2010-an, stadion ini menjadi saksi bisu perjuangan Persib. Setelahnya, Persib berpindah ke stadion yang lebih besar seperti Si Jalak Harupat dan Gelora Bandung Lautan Api. 

Harapan Bangsa dan Stadion H. Dimurthala

Stadion Harapan Bangsa di Lhoong Raya dan Stadion H. Dimurthala di Lampineung kini menjadi dua stadion terbaik di Provinsi Aceh. Keduanya sudah direnovasi oleh Pemerintah Pusat sejak Maret 2024 demi mendukung penyelenggaraan PON XXI Aceh-Sumut. Acara pembukaan PON pun diadakan di Stadion Harapan Bangsa dan dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Sebelum renovasi, Stadion Harapan Bangsa dapat menampung 43.000 penonton. Namun, setelah dipasangi single seat sesuai standar internasional, kapasitasnya berkurang menjadi 18.000. Tampilan tribunnya kini punya gradasi warna merah dan kuning yang khas.

Sementara itu, Stadion H. Dimurthala yang sebelumnya berkapasitas 12.000 penonton, sekarang mampu menampung 7.000 kursi setelah dilengkapi single seat.

Exit mobile version