Bagian pertama dari seri Wednesday musim kedua telah tayang sejak 6 Agustus 2025 kemarin. Wajah Jenna Ortega, Emma Myers, hingga Catherine Zeta-Jones kembali menghiasi serial original Netflix ini. Selain wajah lama, serial yang disutradarai oleh Tim Burton ini juga hadirkan wajah baru seperti Steve Buschemi, Lady Gaga, dan Joanna Lumley.
Menariknya, belum ada lima episode, Wednesday musim kedua ini telah meledakkan kepopuleran. Karakter utama dalam serial ini, Wednesday Addams, yang terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan kerap menjadi sorotan di media sosial karena celetukannya. Tidak terkecuali kali ini.
Pada salah satu scene, Wednesday Addams diminta oleh kepala sekolah barunya untuk ikut serta dalam perayaan agar ia tidak ketinggalan, hanya menjawab, “Saya FOBI (takut diikutsertakan,” ungkapnya.
Dan setelahnya, ungkapan FOBI pun meledak di media sosial. Banyak orang yang mengklaim bahwa mereka kerap merasakan hal yang sama seperti Wednesday Addams. Jadi, apa itu FOBI? Mari kita bahas.
Penjelasan tentang FOBI

Bukan istilah baru, FOBI merupakan singkatan dari Fear of Being Included. FOBI adalah perasaan ketika kamu justru tidak ingin diajak bergabung dalam suatu kelompok. Berbeda dengan FOMO (Fear of Missing Out) yang membuat orang takut tertinggal, FOBI membuat kamu merasa tertekan saat diikutsertakan.
Ini bukan sekadar introversi atau kecemasan sosial biasa. FOBI lebih spesifik adalah tentang beban mental dan energi yang terkuras akibat terlalu banyak interaksi sosial. Bagi sebagian orang, setiap undangan baru terasa seperti membuka tab tambahan di peramban pikiran yang sudah penuh dan berantakan.
Dr. Gorav Gupta, Psikiater Senior dan CEO di Tulasi Healthcare, New Delhi, mengatakan, “Tidak seperti FOMO, yang muncul karena keinginan untuk terlibat dalam segala hal, FOBI terjadi ketika, alih-alih ingin terlibat, seseorang justru menginginkan ruang, kebebasan, dan menghindari interaksi yang tidak diinginkan dan/atau dipaksakan dengan orang lain. Hal ini tidak lebih baik atau lebih buruk dari FOMO, hanya mencerminkan kepribadian seseorang dalam hal bagaimana batasan ruang sosial dan kesendirian mereka dipersepsikan.”
Perasaan ini dapat menyerang siapapun
FOBI tidak hanya dialami oleh introvert. Siapa pun bisa mengalami FOBI ketika kewajiban sosial menumpuk, bahkan mereka yang biasanya ramah dan mudah bergaul. Bagi mereka yang mengalami FOBI, undangan sosial yang datang bertubi-tubi bisa terasa sangat melelahkan.
Bahkan, hal-hal sederhana pun akan terasa menyesakkan. Misalnya saja, makan siang tim yang tak terduga, atau minuman kopi bersama di waktu istirahat akan terasa terlalu berlebihan. FOBI juga bisa menyusup ke dalam hubungan romantis ketika komitmen baru terasa seperti kewajiban, alih-alih kebahagiaan bersama.
Ketika FOBI menyerang, seseorang secara perlahan akan mulai menarik diri dari pertemuan sosial, menolak panggilan, bahkan mulai tidak bersemangat mengikuti perkembangan obrolan grup. Ketika makin parah, seseorang bisa saja benar-benar absen dari acara-acara sosial yang kadang menimbulkan kesalahpahaman dan cap negatif dari lingkungan sosial.
Bagaimana cara mengatasi FOBI
Terkadang, seseorang yang mengalami FOBI juga bisa mengalami FOMO. Misalnya, awalnya kamu mungkin merasa FOMO dan ingin dapat pengakuan karena diajak ke suatu acara atau masuk ke kelompok tertentu. Saat nggak diikutsertakan, kamu merasa diremehkan yang sering kali berakar dari masalah harga diri.
Tapi begitu undangan itu datang, kamu sadar kalau hal paling menarik. Kamu terlalu fokus sama keinginan buat dapat pengakuan, sampai lupa kalau sebenarnya kamu nggak begitu tertarik sama hal yang dari awal kamu pikir kamu mau. Untuk mengatasi hal tersebut, kamu harus ingat bahwa dalam suatu kelompok, hadir atau tidaknya kamu tidak menentukan siapa kamu.
Untuk itu, coba untuk jangan terlalu membesar-besarkan rasa nggak nyaman saat berada di tempat yang sebenarnya nggak kamu mau. Ingat, acara atau momen yang nggak menyenangkan itu pasti akan berlalu.
Kemudian, mengulang-ulang perasaan negatif di kepala saat terjebak di acara atau kelompok yang nggak kamu inginkan hanya akan membuat keadaan makin buruk. Coba alihkan fokus ke hal-hal positif, atau cari orang atau kegiatan yang bikin kamu sedikit betah. Siapa tahu, kamu malah pulang dengan pengalaman yang lebih menyenangkan dari yang kamu bayangkan.
Dan terakhir, perhatikan dulu sebelum memutuskan ikut suatu acara atau kelompok. Tanyakan pada diri sendiri: “Aku benar-benar ingin ikut, atau cuma mau diakui?” Jangan asal bilang “iya” tanpa pikir panjang. Kenali kebutuhanmu, supaya kamu bisa lebih gampang menghindari acara atau aktivitas sosial yang nggak kamu inginkan.