Tahun ini, Alibaba Cloud—tulang punggung teknologi digital dan kecerdasan dari Alibaba Group—memperingati sepuluh tahun pendirian kantor pusat internasionalnya di Singapura.
Untuk merayakan tonggak penting ini, Alibaba Cloud mengumumkan sejumlah inisiatif baru dalam ajang Global Summit, termasuk investasi infrastruktur terbaru, peluncuran Pusat Kompetensi AI, teknologi cloud dan AI mutakhir, serta temuan riset global mengenai adopsi green AI—yang semuanya menegaskan komitmen berkelanjutan perusahaan dalam mendorong inovasi kecerdasan buatan.
Diselenggarakan di Singapura, Alibaba Cloud Global Summit menghadirkan lebih dari 500 pemimpin dari sektor bisnis, teknologi, dan pemerintahan dari seluruh dunia untuk membahas masa depan AI, komputasi awan, dan transformasi digital berkelanjutan.
Pusat data baru di Malaysia dan Filipina

Untuk menjawab meningkatnya permintaan terhadap layanan cloud dan AI di kawasan Asia Tenggara, Alibaba Cloud mengumumkan peluncuran pusat data ketiga di Malaysia yang resmi beroperasi mulai 1 Juli 2025.
Selain itu, Alibaba Cloud juga berencana membuka pusat data kedua di Filipina pada Oktober 2025. Ekspansi ini melanjutkan investasi infrastruktur sebelumnya yang telah diumumkan pada paruh pertama tahun 2025 di Thailand, Meksiko, dan Korea Selatan.
Jaringan pusat data yang terus berkembang ini memastikan Alibaba Cloud dapat memenuhi permintaan global yang meningkat terhadap layanan cloud yang aman, tangguh, dan scalable—memberdayakan bisnis, developer, dan organisasi untuk berinovasi dan berkembang dengan percaya diri di tengah percepatan adopsi AI lintas industri.
Peningkatan kesadaran terhadap green AI dan tantangan adopsi
Dalam ajang Global Summit, Alibaba Cloud juga mengungkap temuan dari sebuah studi global terkait pengembangan dan adopsi sistem kecerdasan buatan yang dirancang untuk meminimalkan konsumsi energi dan dampak lingkungan, yang dikenal sebagai green AI.
Studi ini dilakukan oleh Forrester Consulting atas penugasan dari Alibaba, bekerja sama dengan Alibaba-NTU Global e-Sustainability CorpLab (ANGEL). Melibatkan lebih dari 464 pemimpin bisnis dan TI dari berbagai negara, termasuk Singapura.
Studi ini menunjukkan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya green AI, namun juga menggarisbawahi adanya kesenjangan besar antara visi dan implementasi di lapangan. Temuan menunjukkan bahwa meskipun 84 persen pemimpin yang telah menerapkan visi keberlanjutan AI menganggap green AI penting, 69 persen organisasi secara global masih berada pada tahap awal adopsi AI.
Banyak responden mengidentifikasi tantangan teknis yang masih berkelanjutan sebagai hambatan utama—termasuk kurangnya material berkelanjutan untuk perangkat keras AI (80 persen) dan kesulitan dalam mengoptimalkan konsumsi energi pusat data (73 persen).
Di luar tantangan teknis, studi ini juga mengungkap kesenjangan kapabilitas yang signifikan. Sebanyak 74 persen pengambil keputusan menyatakan belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk merumuskan strategi green AI yang jelas, dan 76 persen lainnya menyatakan tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk menerapkan serta mengoperasikan inisiatif tersebut.
Menanggapi tantangan tersebut, studi merekomendasikan sejumlah strategi utama untuk memperluas adopsi green AI. Di antaranya adalah pengalihan sumber energi pusat data ke energi terbarukan, penerapan edge computing dengan model AI yang lebih ringan untuk mengurangi beban kerja pusat data, serta pengembangan aplikasi dengan kode yang membutuhkan daya komputasi lebih rendah.
Studi ini juga menekankan pentingnya kolaborasi yang lebih erat antara sektor publik dan swasta dalam menetapkan regulasi dan standar, serta pentingnya pemanfaatan model open-source guna meminimalkan kebutuhan pre-training dan konsumsi energi.
Peluncuran pusat kompetensi global AI untuk mendorong inovasi enterprise
Alibaba Cloud meluncurkan Pusat Kompetensi Global AI (AI Global Competency Center/AIGCC) pertama mereka di Singapura.
Inisiatif ini bertujuan untuk mempercepat adopsi AI di berbagai skala bisnis—dari usaha kecil dan menengah (UKM) hingga organisasi berskala besar—serta menjawab meningkatnya permintaan talenta AI di kawasan Asia Pasifik.
Pusat ini dirancang untuk mendukung lebih dari 5.000 bisnis dan 100.000 developer dengan menyediakan akses ke model AI canggih dan sumber daya komputasi berperforma tinggi untuk mempercepat proses eksperimen dan penerapan teknologi.
Para developer dan pelaku usaha akan memperoleh manfaat dari AI Innovation Labs, yang menawarkan token kredit, dataset terkurasi, serta dukungan yang dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan industri dan skenario nyata.
Sebagai pusat inovasi kolaboratif, AIGCC ditujukan untuk menjadi wadah bagi lebih dari 1.000 perusahaan dan startup dalam mengembangkan bersama solusi AI generasi berikutnya, menciptakan ekosistem inovasi yang aplikatif.
Pusat ini juga akan memperkenalkan lebih dari 10 agen AI untuk berbagai sektor utama, termasuk keuangan, layanan kesehatan, logistik, manufaktur, ritel, dan energi—menunjukkan potensi luas AI di berbagai industri.
Untuk membangun jalur pengembangan talenta AI yang kuat, Alibaba Cloud akan bermitra dengan lebih dari 120 universitas dan institusi di seluruh dunia, dengan target melatih 100.000 profesional AI setiap tahunnya.
Solusi AI Terbaru dari Alibaba Cloud
Platform keberlanjutan milik Alibaba Cloud, Energy Expert, memperkenalkan solusi pelaporan ESG berbasis AI terbaru yang dirancang untuk membantu organisasi mengelola kompleksitas pengungkapan informasi lingkungan, sosial, dan tata kelola (Environmental, Social, and Governance/ESG) dengan presisi dan kemudahan.
Didukung oleh model AI internal Alibaba, Qwen, solusi inovatif ini menyederhanakan proses pembuatan laporan melalui berbagai alat bertenaga AI, seperti struktur panduan otomatis, pembuatan konten secara otomatis, serta wawasan yang dapat langsung ditindaklanjuti.
Solusi ini juga mendukung kolaborasi tanpa hambatan melalui fitur manajemen tugas dan pelacakan progres secara real-time. Solusi ini dirancang selaras dengan standar global seperti International Sustainability Standards Board (ISSB), Global Reporting Initiative (GRI), dan Sustainability Accounting.
Standards Board (SASB)—memastikan kepatuhan, menekan biaya operasional, serta memperkuat kesiapan audit melalui pelacakan data yang transparan dan pencatatan terpusat.