Newscapz

Dukung Idola Boleh, Tapi Jangan Kelewat Fanatik

Mengidolakan seseorang itu wajar dan bahkan bisa membawa dampak positif, terutama dalam hal motivasi, inspirasi, dan pengembangan diri. Bayangkan, setelah seharian beraktivitas di luar, menonton video dari idola favoritmu pasti menyenangkan, kan? Itu contoh sederhana bagaimana idola bisa menjadi “obat” dan “teman” yang menghibur.

Meskipun tidak semua penggemar berkesempatan bertemu langsung dengan idolanya, banyak yang merasa bersyukur atas kehadiran mereka. Sebaliknya, tidak sedikit idola yang juga sangat berterima kasih kepada penggemar. Mereka mengakui bahwa tanpa dukungan penggemar, mereka tidak akan mencapai kesuksesan yang mereka impikan.

Mengenal istilah fandom dalam dunia penggemar

Secara bahasa, fandom artinya komunitas fans berat. Ketika seseorang benar-benar mengidolakan seseorang, mereka tak ragu untuk masuk fandom. 

Sementara itu, secara umum pengertian fandom adalah subkultur yang terdiri dari sekelompok penggemar yang ditandai oleh perasaan empati dan persahabatan terhadap orang lain yang memiliki minat yang sama. 

Sebenarnya, istilah fandom bisa digunakan oleh penggemar apapun, namun saat ini penggunaan kata fandom identik dengan Kpop. Menariknya lagi, dalam industri Kpop, setiap idola maupun grup memiliki nama fandom yang berbeda. 

Nama fandom akan dipilih oleh anggota idola dan akan diumumkan secara resmi tidak lama setelah idola tersebut debut. Alhasil, bergabung dengan fandom rasanya akan lebih bermakna sebab artinya kamu adalah bagian dari sebuah komunitas yang diberi nama langsung oleh idola yang kamu dukung. 

Peran fandom dalam kesuksesan idola

Meningkatnya penggunaan media sosial telah memainkan peran penting dalam pembentukan fandom. Lewat media sosial, antar penggemar dari berbagai wilayah dapat berkomunikasi dan berbagi informasi terkait orang yang sama-sama mereka sukai.

Selain itu, media sosial juga menjadi tempat bagi idola dan penggemar—yang cukup beruntung—untuk berkomunikasi secara daring. Media sosial juga menjadi panggung para idola untuk melebarkan sayap mereka, berbagi konten di balik layar, dan membangun merek.

Media sosial juga telah mengubah cara idola dipasarkan dan dipromosikan. Agensi kini menggunakan media sosial untuk menciptakan kehebohan seputar rilisan baru, mempromosikan acara mendatang, dan berinteraksi dengan penggemar. Penggunaan tagar, fan art, dan fan fiction telah menjadi bagian tak terpisahkan dari ekosistem fandom.

Di sisi lain, tidak dapat dimungkiri bahwa fandom yang kuat akan secara signifikan mendorong pertumbuhan penjualan produk dari idola tersebut. Fandom idola memang sangat erat kaitannya dengan budaya konsumen. 

Ini terlihat jelas ketika penggemar membeli berbagai macam merchandise, menghadiri konser, atau bahkan berpartisipasi dalam aktivitas penggemar lainnya seperti fan meeting atau streaming lagu secara massal. 

Semua tindakan ini tidak hanya menunjukkan loyalitas, tetapi juga secara langsung berkontribusi pada pendapatan dan kesuksesan finansial sang idola. Dan, dalam situasi yang tidak biasa, artinya sedang terjadi masalah yang menyangkut sang idola, fandom adalah garda terdepan yang akan membela. 

Ketika fandom berubah jadi militan

Bergabung dengan fandom memang bisa sangat menyenangkan, tapi kesenangan itu bisa berubah jadi masalah saat hubungan fandom yang awalnya bertujuan mendukung idola bergeser menjadi fanatisme militan atau fandom militan.

Fandom militan adalah istilah yang diberikan untuk menggambarkan kelompok penggemar (fandom) yang sangat fanatik dan defensif, sering kali membela idolanya secara berlebihan dan tanpa kompromi, terutama di media sosial.

Ciri-ciri fandom militan adalah mereka yang tidak bisa menerima kritik terhadap idola mereka. Kerap menyerang dan menghujat pihak lain yang dianggap menghina, bahkan kepada jurnalis dan selebriti lain. 

Kemudian tanpa ragu memulai fanwar (perang antar fans) di internet. Dan, tak lelah menggunakan tagar untuk menyerang dan menaikkan topik demi mendukung idolanya padahal idolanya telah melakukan kesalahan. 

Hal ini membuat kegiatan mengidolakan jadi tidak menyenangkan lagi, karena lingkungan fandom yang toxic dan membatasi ekspresi. Yang tak kalah penting, reputasi fandom secara keseluruhan pun bisa rusak karenanya.

Jadi, alih-alih terpancing drama atau fan war, fokuslah pada konten positif yang dirilis, proyek fanbase yang inspiratif, atau interaksi positif dengan sesama penggemar. Pada akhirnya, setiap orang punya selera dan pandangan masing-masing. Hindari berdebat atau menyerang orang lain hanya karena perbedaan pendapat.

Jadi, apabila fandom sudah tidak lagi terasa menyenangkan, ingatlah bahwa idola adalah manusia biasa. Mereka punya kehidupan pribadi, kesalahan, dan hak untuk menjalani hidup. Jangan menganggap mereka sebagai properti atau menuntut mereka harus sesuai dengan fantasimu.

Dan, jangan lupakan hal ini. Kagumilah karya mereka, tapi jangan biarkan mood atau kebahagiaanmu terlalu bergantung pada apa yang terjadi dengan idola.

Exit mobile version