Selama lebih dari satu dekade, cara kita menikmati film, series, tayangan tv, hingga konsumsi berita mulai berubah. Teknologi terus membawa kita ke arah yang lebih maju dari sebelumnya. Mulai dari tayangan hitam putih di layar televisi, kemudian menjamurnya studio bioskop di kota-kota besar.
“Saya teringat kembali saat pertama kali menonton ‘Jaws’ di bioskop saat berusia 11 tahun. Dan saya ingat seperti baru kemarin. Popcornnya ke mana-mana, sodanya ke mana-mana, dan penontonnya berteriak. Dan itu pengalaman yang sangat unik dan berbeda,” ungkap Ted Sarandos, CEO Netflix, dalam sebuah wawancara.
Saat ini, kita sudah sampai di era di mana kita dapat menonton di mana saja, kapan saja, dan dengan perangkat apapun selama tersambung internet. Kemudahan menikmati tayangan tersebut didapatkan setelah platform OTT seperti Netflix, HBO, Amazon Prime, hingga Apple TV menjamur.
Apa itu OTT dan bagaimana platform ini menjadi tren?

Platform over-the-top (OTT) telah mengubah cara kita mengonsumsi konten video. Sesuatu yang dulu hanya menjadi alternatif penyiaran tradisional, kini justru menjelma menjadi cara utama dalam menyampaikan media masa kini. Misal, jika dahulu untuk menikmati tayangan hiburan kita bergantung pada siaran di saluran TV lokal, kini kita bisa menonton siaran global hanya bermodalkan smartphone dan koneksi internet.
Platform ini menggunakan internet untuk mendistribusikan konten video alih-alih cara konvensional seperti televisi kabel atau satelit. Menjamurnya penikmat konten OTT juga didukung dengan lazimnya penggunaan gawai pintar dan internet berkecepatan tinggi untuk menikmati tayangan video, di mana saja dan kapan saja.
Pendapatan di pasar video OTT di seluruh dunia diproyeksikan mencapai US$343,82 miliar pada tahun 2025. Pendapatan diharapkan menunjukkan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR 2025-2030) sebesar 6,31 persen yang mengarah ke volume pasar yang diproyeksikan sebesar US$466,82 miliar pada tahun 2030.
Dari bioskop ke tren binge-watching
Pandemi Covid-19 mungkin menjadi banyak titik balik orang-orang mulai tidak lagi menonton bioskop dan mulai terlarut dalam binge-watching untuk menghibur diri. Ketika pandemi melanda dunia, bioskop kemudian ditutup, dan orang-orang terperangkap di dalam rumah, platform OTT seperti Netflix hingga Amazon Prime datang layaknya penyelamat.
Selain itu, layanan streaming menawarkan kemudahan yang tak tertandingi. Alih-alih menunggu acara tayang, kita sebagai penonton dapat menonton seluruh musim secara maraton di platform seperti Amazon Prime atau Disney+ yang langsung memberikan semuanya. Fleksibilitas, personalisasi, dan minimnya iklan memberi layanan streaming keunggulan yang jelas dibandingkan TV tradisional.
Kemudahan yang ditawarkan platform OTT seperti Netflix dan Prime Video, membuat generasi Milenial dan Z sulit lepas. Tanpa disadari, aktivitas seperti binge-watching berjam-jam dan terus-menerus mengejar serial terbaru telah menjadi bentuk baru dari kecanduan digital.
Platform OTT dorong perubahan dalam industri hiburan
Menjamurnya OTT membuat banyak rumah produksi dan sutradara mulai memproduksi film dan serial khusus untuk platform OTT tertentu. Film-film yang tayang di bioskop pun kemudian banyak yang masuk ke platform OTT setelah turun layar.
Kehadiran film dan serial tersebut membuat judul-judul film dan serial tersebut punya ruang yang lebih luas untuk dilirik publik. Platform OTT telah meruntuhkan batasan geografis, memungkinkan penonton untuk menonton konten dari seluruh dunia.
Banyak platform menawarkan subtitel atau sulih suara, sehingga memudahkan pengguna untuk menjelajahi film dan acara asing. Aksesibilitas global ini telah membantu mengembangkan lanskap hiburan yang lebih beragam. Dengan produksi berbujet lebih kecil menjangkau penonton internasional yang mungkin terlewatkan oleh sinema tradisional.
Alhasil, aktor dan aktris lokal kini memiliki peluang lebih besar untuk dikenal secara global, berkat meningkatnya distribusi film dan serial Indonesia di platform OTT seperti Netflix, Prime Video, dan Disney+. Tak sedikit dari mereka yang kini mendapat perhatian internasional karena peran-peran kuat dalam produksi lokal yang ditonton lintas negara.
Tantangan dan masa depan OTT
Platform OTT terus bertumbuh. Namun, meski dominasinya semakin meningkat, layanan streaming menghadapi tantangan tersendiri. Dengan semakin banyaknya platform, konsumen harus memilih di antara berbagai pilihan. Biaya berlangganan yang semakin tinggi juga menimbulkan keraguan.
Kekhawatiran lain yang berkembang adalah orang-orang semakin cerdas dalam mengelola langganan mereka. Beberapa penonton berlangganan hanya untuk menonton acara tertentu, lalu berhenti berlangganan setelah selesai. Perilaku ini telah memaksa platform streaming untuk memikirkan kembali strategi mereka.