Demon Slayer: Infinity Castle—Part 1: Akaza Returns telah menorehkan prestasi yang luar biasa. Bukan hanya di Jepang, namun juga penayangannya secara global. Film anime pertama dari trilogi penutup Demon Slayer ini membuka pendapatan sebesar 1,65 miliar yen atau setara dengan Rp172,05 miliar.
Nilai tersebut didapat dari lebih satu juta penonton yang memesan tiket saat penayangan perdana di Jepang. Berkat antusiasme penggemar, Demon Slayer: Infinity Castle berhasil mencatatkan rekor baru sebagai anime dengan pembukaan terbesar di Jepang.
Tak hanya itu, Demon Slayer: Infinity Castle juga mencatatkan sejarah untuk penayangan Imax. Hanya diputar di 59 layar premium, film ini berhasil menghasilkan $3 juta sekitar Rp46,5 miliar selama akhir pekan.
Rekor-rekor yang dihasilkan oleh Demon Slayer: Infinity Castle berhasilkan mengalahkan film pendahulunya yakni Demon Slayer: Mugen Train. Tayang di tahun 2020 silam, Demon Slayer: Mugen Train berhasil dicatat sebagai film terlaris sepanjang masa di Jepang. Film tersebut meraup pendapatan sekitar 40 miliar yen.
Marketing unik buat promosi

Seluruh kesuksesan yang diterima Demon Slayer: Infinity Castle tak lepas dari peran penggemar anime karya Koyoharu Gotouge. Bukan hanya penggemar yang bersemangat, tim marketing Demon Slayer juga nggak tanggung-tanggung untuk mempromosikan anime ini.
Salah satunya, dengan seni menanam padi Tanbo Art. Warga Gyoda di Jepang menyulap sawah mereka menjadi gambar Tanjiro Kamado—tokoh protagonis utama dalam film—sebagai bentuk promosi Demon Slayer: Infinity Castle.
Gambar yang tercetak di atas 2,8 hektar sawah tersebut dibuat dengan menanam berbagai varietas padi yang memiliki warna daun berbeda. Tanpa bantuan cat atau tinta, sekitar 300 relawan merancang pola yang sangat detail hanya dengan benih dan lumpur sawah.
Seni Tanbo Art memang bukan hal baru di Jepang. Tetapi setiap kemunculannya selalu menarik perhatian, terutama jika mengangkat tema pop culture populer seperti Demon Slayer.
Bukan hanya itu saja, waralaba Demon Slayer juga bekerja sama dengan berbagai brand dari seluruh dunia untuk meluncurkan merch eksklusif mereka. Hasilnya? Banyak penggemar yang nggak ragu buat memborong seluruh produk demi mengoleksi item dari karakter favorit.
Selin itu, di Malaysia, pemutaran Demon Slayer: Infinity Castle semakin meriah dengan kehadiran bucket popcorn edisi khusus bergaya Infinity Castle yang dilengkapi lampu LED. Merchandise unik ini langsung menarik perhatian para penggemar dan bahkan memicu harapan agar produk serupa juga dirilis di Amerika Serikat dan Inggris.
Sementara itu, untuk memanaskan antusiasme global menjelang perilisan filmnya, Crunchyroll menggelar siaran langsung seluruh serial Demon Slayer secara gratis di YouTube, sehingga para penonton dapat menyegarkan ingatan mereka sebelum menyaksikan kisah puncak dari saga ini.
Tim produksi di balik Demon Slayer: Infinity Castle
Meski sebagian besar penonton sudah pernah membaca manganya, dan tentunya tahu apa yang terjadi sepanjang film, hal tersebut tidak menyurutkan semangat penggemar untuk datang ke bioskop.
Salah satu hal yang membuat Demon Slayer terkenal sejak awal kemunculannya adalah kualitas animenya yang di atas rata-rata. Studio animasi Ufotable berhasil mengangkat cerita sederhana dari semesta Demon Slayer menjadi tontonan yang epik.
Selain kerja keras para animator di Ufotable, bujet produksi Demon Slayer pun nggak main-main. Diperkirakan, bujet produksi untuk satu episode mencapai sekitar Rp1,2 miliar. Sedangkan untuk Demon Slayer: Infinity Castle diperkirakan capai Rp6,3 triliun.
Angka tersebut menunjukkan betapa seriusnya Ufotable dalam menggarap proyek ini, baik dari segi visual, efek, hingga kualitas cerita. Tak heran jika setiap perilisan Demon Slayer selalu menjadi sorotan dan memecahkan berbagai rekor penayangan, baik di Jepang maupun internasional.
Dan ini baru satu dari trilogi penutup Demon Slayer. Bagian kedua dan ketiga dari trilogi Infinity Castle akan menyusul. Berdasarkan laporan dari AniRave via Forbes, part 2 dijadwalkan rilis pada tahun 2027, sementara part 3 akan menyusul pada tahun 2029. Sayangnya, jadwal ini belum mendapat konfirmasi secara resmi oleh pihak studio.
Antusiasme penggemar Tanah Air
Di Indonesia, antusiasme terhadap Demon Slayer: Infinity Castle sangat luar biasa. Hanya dalam tiga hari penayangan sejak 15 Agustus 2025, film ini sudah menarik lebih dari satu juta penonton dan menembus 1,6 juta penonton pada hari kelima.
Angka tersebut memecahkan rekor sebagai film animasi dengan perolehan penonton tercepat di Indonesia, melampaui film-film anime populer sebelumnya seperti The First Slam Dunk dan Suzume.
Kesuksesan ini menunjukkan kuatnya basis penggemar Demon Slayer di Indonesia sekaligus membuktikan daya tarik cerita dan kualitas produksi Ufotable yang konsisten menghadirkan tontonan berkualitas di layar lebar.
Menariknya, ada studio animasi asal Indonesia yang terlibat dalam pengerjaan Demon Slayer: Infinity Castle. Studio tersebut bernama Studio Ubud. Keterlibatan mereka diketahui setelah para penggemar menemukan nama Studio Ubud tercantum di bagian kredit film.
Meskipun bernama Studio Ubud, studio ini sebenarnya berlokasi di Jakarta dan Solo, dengan tim sekitar 100 animator in-house. Selama lebih dari delapan tahun, mereka telah menjalin kerja sama dengan berbagai studio ternama di Jepang dan terlibat dalam lebih dari 100 produksi anime populer, termasuk Demon Slayer: Infinity Castle.