Home » Kutukan Kursi Red Bull, Isack Hadjar Jadi Korban Selanjutnya?

Kutukan Kursi Red Bull, Isack Hadjar Jadi Korban Selanjutnya?

by Trisno Heriyanto

Yuki Tsunoda diberi kesempatan untuk membuktikan diri sampai F1 GP Meksiko. Hal tersebut disampaikan langsung oleh konsultan Red Bull, Helmut Marko, dalam sebuah wawancaranya bersama media. 

Pembalap asal Jepang tersebut perlu meyakinkan tim bahwa ia layak duduk di kursi mobil balap Red Bull tahun 2026 mendatang. Helmut berharap jika Yuki mampu memberikan performa yang konsisten, baru setelahnya membuat keputusan. 

Sepanjang tahun ini, mantan pembalap Racing Bulls tersebut jelas mengalami kesulitan. Yuki gagal meraih poin dalam tujuh balapan terakhir. Sejauh ini, prestasi terbaiknya saat ia berlaga di Bahrain di mana ia mampu finish di urutan kesembilan. 

Red Bull mencari pasangan untuk Max Verstappen

Mendekati musim 2026, Red Bull memang baru bisa memastikan satu nama yang akan kembali mengendarai mobil mereka. Sosok tersebut tidak lain tidak bukan tentu saja Max Verstappen.

Meski sempat diterpa rumor akan berpindah ke Mercendes, namun pada kenyataannya Max masih loyal terhadap tim yang menemaninya meraih empat gelar kejuaraan dunia. Menariknya, sejak Max menjadi pembalap utama di Red Bull, sulit untuk mencari pasangan untuknya.

Max Verstappen terkenal sebagai pembalap yang agresif. Catatan kariernya sebagai pembalap menunjukkan levelnya. Namun, sulit untuk membawa tim ke panggung juara dunia jika hanya dirinya yang memenangkan balapan.

Untuk itu, Red Bull membutuhkan pembalap mumpuni yang mampu membawa kemenangan bersama Max Verstappen. Partner terlama yang pernah menemani Max adalah Sergio Perez. 

Pembalap yang akan mengendarai mobil balap Cadillac untuk musim 2026 tersebut bertahan selama empat musim sebagai pembalap kedua di Red Bull. Setelah ia berpisah dengan tim, Liam Lawson kemudian menggantikan posisinya.

Sayang, performa Liam Lawson benar-benar buruk sehingga ia hanya berlaga dalam dua balapan F1 di musim 2025. Kursinya kemudian digantikan oleh Yuki Tsunoda yang saat ini juga tengah menghadapi krisis.

Yuki Tsunoda mungkin harus tersingkiri, Isack Hadjar akan jadi pengganti?

Media Jerman, Auto Motor und Sport, jadi pihak pertama yang menyebutkan jika Isack Hadjar akan dipromosikan dari Racing Bulls ke Red Bull untuk musim F1 2026. Publik sendiri tidak terlalu terkejut, sebab semenjak performa Yuki makin menurun, Isack adalah kandidat terkuat yang mungkin akan menggantikannya. 

Selain karena performa yang dimiliki oleh pembalap berusia 20 tahun tersebut, Isack juga balapan di bawah naungan Racing Bulls. Keduanya berada di satu perusahaan induk yang sama, sehingga transfer pembalap antar tim tidak mengagetkan. Selain itu, tujuan dari Racing Bulls sendiri adalah mengembangkan talenta muda sebelum mereka dipromosikan ke tim utama, Red Bull. 

Kembali membicarakan Isack Hadjar, performanya di musim 2025 cukup stabil. Saat ini, ia berada di posisi kesembilan dalam klasmen pembalap. Poinnya saat ini tercatat sebanyak 38 poin, jauh melampaui Yuki Tsunoda yang memperoleh 12 poin. Sejauh ini, ia juga telah meraih podium pertamanya saat GP Belanda.

Jika rumor ini benar, maka posisi Isack di Racing Bulls akan kosong. Konon, posisi tersebut akan diisi oleh Arvid Lindblad yang merupakan pembalap junior Red Bull yang saat ini tengah berkompetisi di F2. Arvid Lindblad dirumorkan akan menjadi pasangan baru untuk Liam Lawson.

Sementara itu, Yuki Tsunoda mungkin harus mencari kursi kosong di antara tim lainnya. Kemungkinan besar lainnya, Yuki Tsunoda sementara harus berpuas dengan kursi pembalap cadangan sementara menunggu ada kursi kosong yang dapat diisinya. 

Netizen terbelah, apa pendapat mereka soal kepindahan ini?

Kabar bahwa Isack Hadjar mungkin akan duduk sebagai pembalap kedua di Red Bull berhasil mengguncang media sosial. Menariknya, dibanding memberi selamat, netizen menganggap ini “ancaman” bagi karier Isack. 

Kursi kedua Red Bull memang terdengar seperti kutukan. Sulit bagi pembalap untuk bertahan di atasnya, baik itu pembalap rookie maupun pembalap senior. Ditambah, kursi pertama diduduki oleh Max Verstappen, tekanan untuk melampaui sosoknya terasa semakin memberatkan. 

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan F1, Jolyon Palmer yang juga mantan pembalap F1 menganalisis faktor apa yang membuat hanya Max Verstappen yang mampu mengendarai mobil Red Bull. Sejak masih dipegang oleh Christian Horner, mobil Red Bull memang terkenal sulit dikendarai. 

“Max memiliki gaya yang sangat spesifik dan kepekaan yang luar biasa terhadap mobil. Ia menyukai bagian depan yang positif dan mobil yang tajam saat masuk. Ia juga mampu mengatasi kompromi oversteer yang biasa terjadi lebih baik daripada siapa pun di lapangan,” tulis Jolyon Palmer.

Namun, meski —dalam kasus ini —Yuki Tsunoda memiliki gaya menyetir yang mirip seperti Max, namun ia belum mampu mencapai tingkat yang memuaskan. Kurangnya kendali akan mobilnya membuat Yuki kerap melakukan kesalahan yang semakin lama menurunkan performanya. Sejauh ini, belum ada pengemudi yang dapat mengemudikan mobil Red Bull seperti Max Verstappen di puncak performanya. 

“Gaya dan nuansa alamiah luar biasa itulah yang menjadikan Max seorang yang berbakat, tetapi dalam mengembangkan mobil dengan cara yang mengoptimalkan pembalap bintang mereka, akankah itu menjadikan tim mana pun yang ada Max di dalamnya secara alami menjadi tim dengan satu mobil?” tutup Joylon.

You may also like