Sepuluh tahun lalu, industri Kpop dipimpin oleh tiga agensi besar yang kerap disebut Big 3. Ketiganya ada SM Entertainment yang—dahulu—dipimpin oleh Lee Soo Man, YG Entertainment di bawah kepemimpinan Yang Hyun Suk, dan JYP Entertainment yang sampai saat ini masih dipimpin oleh Park Jin Young.
Melalui grup idola mereka yang sukses, ketiga label rekaman tersebut memimpin industri dengan menembus pasar internasional. Mulai dari pasar domestik, Jepang, hingga ke pasar Amerika. Berkat ketiga agensi tersebut, nama Kpop menjadi semakin terkenal di kancah internasional. Pengaruh Kpop pun mulai meluas.
Namun, tidak dapat dipungkiri, meskipun ‘Big 3’ (SM Entertainment, YG Entertainment, dan JYP Entertainment) masih menjadi nama besar yang kuat, pengaruh dominasi mereka tidak lagi sekuat dan seabsolut dulu. Mengapa demikian?
Kemunculan Hybe Corporation di industri hiburan

Dominasi Big 3 mulai tergeser sejak kemunculan Hybe Corporation di industri hiburan Korea Selatan. Hybe berhasil menembus pasar global, unggul dalam hal pendapatan, dan secara pelan juga pasti memimpin musik Kpop ke arah yang baru.
Hybe Corporation adalah sebuah perusahan sekaligus label yang dibentuk melalui rebranding Big Hit Entertainment yang telah didirikan oleh Bang Si Hyuk sejak 2005. Nama Big Hit kemudian menjadi terkenal imbas kesuksesan global boygroup BTS.
Setelah bertahun-tahun hanya menaungi BTS, Big Hit memperkenalkan boygrup baru bernama TXT pada tahun 2019. Setahun kemudian, Big Hit mengakuisisi Pledis Entertainment, agensi yang saat itu menaungi NU’EST dan SEVENTEEN.
Pada tahun berikutnya, manajemen Big Hit mengumumkan bahwa mereka akan berganti nama menjadi HYBE Corporation. Perusahaan tersebut merinci restrukturisasi organisasinya. Kemudian, nama Big Hit Entertainment resmi menjadi Big Hit Music di bawah divisi label baru HYBE.
HYBE juga terus mengakuisisi banyak perusahaan kecil. Kini, perusahaan telah bertransformasi menjadi rumah bagi beberapa label musik, termasuk Ador, Big Hit Music, Source Music, Pledis Entertainment, Belift Lab, dan KOZ Entertainment.
Sejauh ini, semua artis debut melalui label-label ini, dan belum ada artis yang debut langsung di bawah nama HYBE Corporation. Setiap label memiliki warnanya sendiri, namun tetap dikelola dalam satu ekosistem besar.
Strategi bisnis Hybe Corporation
HYBE Corporation, yang dulunya dikenal sebagai Big Hit Entertainment, telah bertransformasi menjadi perusahaan multi-label yang menaungi banyak grup. Strategi inilah yang berhasil membuat HYBE menyalip kesuksesan para “Big 3” di Korea Selatan.
Strategi multi-label ini tidak hanya memungkinkan HYBE menaungi dan mendebutkan lebih banyak artis, tetapi juga berhasil membangun sebuah ekosistem yang saling menguatkan.
Di masa lalu, HYBE sangat bergantung pada satu sumber pendapatan, yaitu BTS. Meskipun BTS berhasil mencetak jutaan dolar, risiko finansial dan persoalan reputasi—yang sangat sensitif di industri hiburan—membuat perusahan rentan jika hanya memiliki satu artis.
Dengan banyaknya label yang dinaungi saat ini, HYBE menjadi lebih stabil, terutama dari segi pendapatan. Hal ini menjadikan HYBE lebih tahan krisis sebab perusahaan tidak lagi bergantung pada satu artis atau satu sumber penghasilan saja.
Hadirkan warna musik baru di industri

Hybe secara perlahan-lahan mulai menggeser citra idola yang “sempurna” menjadi lebih natural. Grup-grup yang baru debut mulai meninggalkan konsep futuristik dan lebih memilih dengan konsep natural dan autentik.
Pergeseran konsep ini terlihat jelas sejak debut NewJeans. Girl group asuhan Ador tersebut hadir dengan konsep Y2K yang menonjolkan citra alami, riasan minim, dan busana yang santai. Selain itu, boy group Cortis dari Big Hit Music juga menonjolkan konsep yang mencerminkan jiwa bebas dan sisi kreatif generasi muda, semakin memperkuat strategi citra baru Hybe.
Artis di bawah naungan HYBE kerap mendobrak industri dengan konsep dan eksplorasi genre baru. Mereka tidak takut menghadirkan musik yang mungkin belum umum terdengar di ranah K-Pop.
Salah satu contohnya adalah Lesserafim yang sukses dengan berbagai alternative pop/funk pop yang inovatif lewat “Spagetti” dan Katseye dengan “Gnarly”. Lagu-lagu mereka sering menjadi populer karena liriknya yang dianggap tidak biasa, namun tetap catchy dan mudah didengar. Keberanian ini membuktikan komitmen HYBE dalam mendorong batasan-batasan musikalitas.
Terobosan terbaik Hybe Corporation
HYBE bukan hanya sekadar label musik. Perusahaan ini juga menciptakan ekosistem digital ‘sendiri’ untuk menghubungkan para artisnya dengan penggemar melalui Weverse. Weverse merupakan langkah strategis HYBE untuk membangun ekosistem fandom yang solid dan terintegrasi.
Dengan hadirnya Weverse pula, Hybe tidak lagi bergantung pada aplikasi pihak ketiga seperti YouTube dan X. Melalui platform ini, penggemar dapat berinteraksi langsung dengan artis lewat postingan dan komentar, membeli merchandise resmi, hingga menikmati berbagai konten eksklusif.
Semua aktivitas tersebut terpusat dalam satu aplikasi, sehingga pengguna tidak perlu berpindah-pindah platform. Dan menariknya lagi, Weverse dilengkapi dengan fitur penerjemah otomatis yang mendukung puluhan bahasa. Dengan seluruh kemudahan ini, Weverse telah membuat fandom Kpop menjadi lebih inklusif.
Selain memperkuat hubungan antara artis dan penggemar, Weverse juga menjadi alat analisis data yang berharga bagi HYBE. Dari platform ini, perusahaan dapat memantau perilaku dan preferensi penggemar.
Mulai dari jenis produk yang paling sering dibeli, grup yang paling aktif, hingga negara dengan potensi pasar tertinggi. Data-data inilah yang kemudian digunakan untuk menyusun strategi bisnis dan arah artistik, seperti perencanaan tur, promosi, hingga jadwal perilisan musik.
Lebarkan sayap dengan akuisisi label luar negeri

Tidak puas hanya mengakuisisi perusahaan lokal, Hybe kemudian mulai melebarkan sayap dengan mengakuisisi perusahaan luar negeri. Di tahun 2021 kemarin, perusahaan resmi mengakuisisi Ithaca Holdings yang bermarkas di AS. Ithaca Holdings sendiri merupakan label menaungi musisi terkenal dunia seperti Justin Bieber dan Ariana Grande.
Secara resmi, Hybe mengambil alih 100% saham perusahaan investasi media dan hiburan yang didirikan oleh Scooter Braun tersebut, dengan nilai kesepakatan mencapai 1,05 miliar dollar AS (sekitar 1 triliun 184 miliar won Korea). Dengan akuisisi ini, Ithaca Holdings kini resmi menjadi anak perusahaan Hybe.
Terbaru, perusahan bekerja sama dengan Geffen Record yang merupakan label di bawah Universal Music Group untuk menggelar acara The Debut: Dream Academy. Acara tersebut tayang pada September 2023 secara global di berbagai platform digital dengan peserta yang berasal dari AS, Jepang, Korea, Filipina, hingga Brazil. Dari acara inilah kemudian lahir global girl group, Katseye.
Kesimpulan
Hybe Corporation berhasil menegaskan posisinya sebagai pemimpin baru industri K-pop melalui strategi multi-label yang inovatif, penguasaan teknologi digital, serta ekspansi global melalui akuisisi label internasional. Hybe tidak hanya memperkaya warna musik K-pop, tetapi juga mengarahkan industrinya menuju era baru yang lebih global, inklusif, dan berbasis kreativitas lintas budaya.