Kim Nam Joon a.k.a RM merupakan leader dari boy group asal Korea Selatan, BTS. Di bawah kepemimpinannya, BTS berhasil mendulang popularitas global. Gaya kepemimpinannya pun sering mendapat pujian, baik dari penggemar maupun media.
Selain terkenal sebagai leader, penyanyi solo, hingga pencipta lagu, RM ‘BTS’ juga terkenal karena kegemarannya membaca. Ia juga kerap merekomendasikan buku-buku yang telah rampung dibacanya.
Nah, buat kamu yang lagi nyari rekomendasi buku bacaan, atau pengen tahu isi kepala RM BTS dari buku-buku yang dibacanya, ini artikel yang tepat buat kamu. Yuk, bahas buku-buku rekomendasi RM BTS ini.
Kim Jiyoung, Born 1982 – Cho Nam Joo

Pada November 2017, RM BTS mengungkap dalam siaran langsung bahwa ia telah membaca buku ini. Ia menyebut Kim Jiyoung, Born 1982 sebagai sebuah bacaan yang menggugah pikiran dan penuh makna.
Kim Ji-Young: Born 1982 adalah sebuah kisah menyayat hati tentang seorang perempuan yang perlahan tenggelam dalam depresi setelah melahirkan. Ia sering kehilangan dirinya sendiri dan kerap berbicara seolah menjadi orang lain.
Rasanya, seakan-akan berusaha meluapkan suara yang selama ini terpendam. Lewat mata Kim Ji-Young, pembaca diajak menyelami perasaan seorang ibu, anak, menantu, dan perempuan yang mencoba bertahan di tengah tuntutan dan harapan yang tak henti membebani.
Human Acts – Han Kang
Dalam siaran langsung yang sama, RM BTS turut mengungkapkan bahwa ia juga membaca Human Acts karya Han Kang. Berlatar tahun 1980, Gwangju di Korea Selatan, buku ini mengeksplorasi topik-topik seperti kemanusiaan, kekerasan, penyensoran, dan banyak lagi melalui berbagai sudut pandang setelah Pemberontakan Gwangju.
Han Kang, penulis asal Korea Selatan, lahir di Gwangju pada 1970. Pada Mei 1980, tak lama setelah ia pindah ke Seoul, kampung halamannya menjadi saksi pemberontakan besar yang berujung pada pembunuhan brutal oleh pemerintah. Kenangan dan sejarah kelam ini kemudian ia olah menjadi kisah yang mendalam dan menyentuh lewat novel terkenalnya, Human Acts.
Lewat Human Acts, Han Kang bukan hanya mendapat nobel, namanya juga masuk ke dalam daftar hitam pemerintah. Memang miris, ketika dunia internasional mengakui karyanya, pemerintah malah ketakutan jika bukunya dapat memicu pemberontakan.
Almond – Won Pyung Sohn

Yunjae lahir dengan Alexithymia, kondisi yang membuatnya sulit merasakan emosi. Hidupnya tenang bersama ibu dan neneknya, hingga tragedi di ulang tahunnya yang ke-16 menghancurkan segalanya.
Dalam kesepiannya, ia bertemu Gon, remaja penuh amarah yang justru membuka jalan bagi Yunjae untuk belajar merasakan dan memahami dunia. Persahabatan tak terduga ini mengubah mereka berdua, hingga tiba saatnya Yunjae harus keluar dari zona nyaman dan menjadi pahlawan yang tak disangka.
The Stranger – Albert Camus
Di salah satu wawancara pada tahun 2016, RM sempat bercerita tentang buku yang memberinya inspirasi. Ia mengaku tertarik dengan pemikiran Albert Camus yang menekankan bahwa seni bisa tetap kuat dan bermakna meski disampaikan dengan ringkas dan sederhana.
Buku ini sendiri mengangkat tema yang cukup dalam yakni filsafat dan eksistensialisme melalui kisah seorang pria yang hidupnya berubah setelah kematian ibunya. Tanpa emosi yang biasa dirasakan orang pada umumnya, ia akhirnya melakukan tindakan mengejutkan: menembak seseorang.
Dari situ, cerita ini mengajak pembaca merenungkan arti hidup, pilihan, dan absurditas yang sering kita temui dalam keseharian.
Please Look After Mother – Kyung Sook Shin

Lewat siaran langsung, RM yang saat itu ditemani oleh anggota BTS lainnya, V, membahas Please Look After Mother karya Kyung Sook Shin. Menariknya, V mengaku bahwa ia mendapat rekomendasi tentang buku ini dari seorang penggemar. Setelah rampung membaca, keduanya mengaku bahwa buku ini berhasil meninggalkan kesan mendalam.
Kyung Sook Shin sendiri punya gaya penceritaan yang unik. Ia menggunakan sudut pandang orang kedua dan orang pertama di beberapa bagian sehingga membuat pembaca merasa seakan ikut terlibat dalam kisahnya.
Dalam Please Look After Mother, cerita berpusat pada sosok So-nyo yang merupakan seorang ibu dan istri. Suatu hari, secara tak sengaja terpisah dari suaminya di stasiun kereta.
Seiring keluarganya berusaha menemukannya, mereka juga perlahan membuka kembali kenangan-kenangan lama dan menyadari satu hal penting. Selama ini, mereka telah meremehkan kehadiran dan pengorbanannya.
Buku ini bukan hanya tentang kehilangan, tetapi juga tentang penyesalan, cinta keluarga, dan bagaimana kita sering baru menghargai sesuatu ketika ia sudah tak ada.