Beberapa hari yang lalu, pembahasan mengenai World ID atau Worldcoin memanas di media massa maupun media sosial. Iming-iming uang kripto senilai ratusan ribu rupiah buat masyarakat berbondong-bondong mendaftar akun pada aplikasi yang satu ini.
World ID atau Worldcoin (World) sendiri merupakan aplikasi dan layanan di bawah naungan Tools for Humanity. Perusahaan tersebut didirikan oleh CEO OpenAI, Sam Altman dan rekannya, Alex Blania di tahun 2019 silam. Di Indonesia, World Coin resmi masuk pada Februari 2025.
Menariknya, World ID menghadirkan sebuah alat bernama Orbs untuk melakukan verifikasi untuk mendeteksi apakah seseorang betul-betul manusia, dan bukan bot. Proses verifikasi ini membutuhkan iris mata dari pengguna.
Mengenal Orbs, perangkat bawaan World ID

World ID atau Worldcoin (World) ternyata sudah hadir di Tanah Air sejak 2021 silam. Saat ini, Wold telah mengumpulkan lebih dari 500.000 retina dan retina code dari pengguna di Indonesia. Dalam penyebarannya, World memiliki perangkat bawaan yang digunakan untuk memindai retina bernama Orbs.
Perangkat Orbs milik World akan melakukan verifikasi keaslian manusia melalui pemindaian iris mata. Setelah verifikasi, data akan dienkripsi dan dikirimkan ke akun backup yang terhubung, lalu riwayat verifikasi akan dihapus dari sistem perangkat.
Tools For Humanity, pengembang perangkat ini, mengklaim bahwa proses ini dapat mencegah penggunaan identitas ganda dan pemalsuan identitas, terutama yang mungkin dilakukan dengan teknologi AI.
Mereka menekankan keamanan privasi pengguna, dengan menyatakan bahwa sistem World tidak menyimpan data iris mata maupun foto pengguna, dan menghapus data tersebut setelah proses verifikasi selesai.
Sisi positif pemindaian menggunakan iris mata
Pemindaian data menggunakan iris mata menawarkan segudang keunggulan. Pakar siber menyoroti betapa sulitnya pemalsuan identitas dengan teknologi ini. Salah satu keunggulan utama pemindaian iris mata terletak pada tingkat keamanannya yang sangat tinggi karena pola iris setiap individu begitu unik dan rumit.
Bahkan iris mata tiap individu berbeda antara mata kanan dan kiri yang menjadikannya sulit dipalsukan. Keunikan ini bersifat universal dan permanen sejak usia dini. Lebih lanjut, kemudahan dan kecepatan proses pemindaian iris mata membuka peluang implementasi yang beragam dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak hanya meningkatkan keamanan tetapi juga secara signifikan membantu memberantas masalah identitas ganda dan berbagai tindak penipuan, serta memberikan solusi akses yang lebih merata bagi individu dengan kondisi fisik tertentu.
Contoh lainnya, bayangkan jika media sosial mewajibkan verifikasi biometrik seakurat iris mata. Bisa dipastikan, akun-akun bot dan buzzer akan musnah karena setiap individu hanya dapat memiliki satu akun terotentikasi secara unik. Memang tidak dapat dipungkiri jika World menawarkan sebuah gagasan yang cukup menarik perhatian.
Pemberhentian semetara World ID di Indonesia

Sedang ramai dibahas, mendadak World memberhentikan layanan verifikasi data di Indonesia pasca dibekukan sementara oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi). Langkah ini diambil menyusul banyaknya laporan mengenai aktivitas janggal terkait perusahaan yang sebelumnya dipimpin oleh Sam Altman tersebut.
Selain pembekuan layanan, Kominfo juga akan memanggil PT. Terang Bulan Abadi dan PT. Sandina Abadi Nusantara, selaku penyedia aplikasi, untuk memberikan klarifikasi terkait dugaan pelanggaran ketentuan penyelenggaraan sistem elektronik.
Pembekuan ini merupakan langkah preventif untuk mencegah potensi risiko terhadap masyarakat. Menurut penelusuran Komdigi, layanan ini belum terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) dan tidak memiliki TDPSE sebagaimana diwajibkan dalam peraturan perundang-undangan.
Bahaya penyalahgunaan data iris mata
Namun, meski memiliki banyak keunggulan, data unik retina sangat berisiko jika disalahgunakan. Terutama karena sudah banyak aplikasi yang mengadopsi verifikasi melalui retina atau iris mata. Penyalahgunaan data ini dapat mengakibatkan kerugian besar bagi pemilik data, seperti penipuan daring, deepfake, hingga pencurian identitas.
Mengingat keunikan dan sifat permanen data biometrik, potensi bahaya penyalahgunaan data iris mata sangat signifikan dan memerlukan langkah-langkah keamanan dan regulasi yang ketat.
Melihat potensi bahaya penyalahgunaan data iris mata yang unik dan sulit diubah, serta fakta bahwa pengumpulan data dalam skala besar telah dilakukan tanpa pendaftaran PSE yang sesuai sejak awal, langkah cepat Kominfo untuk membekukan layanan dan aplikasi World menjadi dapat dipahami.