Bagaimana sebuah lagu diciptakan? Memproduksi musik adalah proses menciptakan lagu atau karya musik dari awal hingga akhir yang biasanya dilakukan di dapur rekaman. Dengan bantuan teknologi yang semakin berkembang, proses ini menjadi lebih mudah dari masa ke masa.
Proses ini meliputi pengkomposisian musik, pengaturan suara dan instrumen, perekaman vokal dan instrumen, penyuntingan, pencampuran trek, dan penguasaan campuran akhir untuk meningkatkan kualitas suara.
Hubungan antara musik dan teknologi memang menarik, seperti kisah love-hate relationship dalam novel romansa. Setiap kali ada teknologi baru, selalu muncul kekhawatiran bahwa itu akan merusak esensi musik yang sesungguhnya, padahal justru seringkali memperkaya dan memperluas cakrawala musik.
Namun, sejarah membuktikan bahwa teknologi tidak mematikan musik, melainkan menambahkan lapisan baru, membuka genre baru, dan menginspirasi ekspresi artistik yang tak terduga.
Synthesizer jadi pembuka gerbang aliran musik baru

Saat synthesizer muncul di dapur rekaman, banyak yang menganggap bahwa suara elektronik buatan ini tidak memiliki jiwa atau perasaan seperti instrumen akustik tradisional. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa synthesizer akan menggantikan orkestra, musisi live, dan melenyapkan keahlian yang dibutuhkan untuk memainkan instrumen asli.
Namun pada kenyataannya, alih-alih mematikan musik, synthesizer berhasil membuka dimensi baru dalam penciptaan suara. Ia memungkinkan eksplorasi tekstur, nada, dan suasana yang tidak mungkin dicapai dengan instrumen lain. Alhasil, synthesizer berhasil menjadi pendorong utama lahirnya genre unik dalam aliran elektronik dan pop.
Synthesizer bukan hanya sekadar alat, tapi juga inspirasi yang memungkinkan musisi untuk membebaskan diri dari batasan instrumen akustik dan menjelajahi spektrum suara yang tak terbatas.
Teknologi di balik auto-tune
Sejak kemunculannya, auto-tune selalu menjadi subjek perdebatan dalam industri musik. Sisi pendukung berpendapat bahwa auto-tune adalah alat yang membantu musisi mencapai hasil rekaman yang lebih sempurna. Selain itu, auto-tune akan menghemat waktu di studio, dan bahkan membuka peluang bagi penyanyi yang mungkin memiliki sedikit keterbatasan vokal untuk mengekspresikan diri.
Namun, tidak sedikit yang beranggapan bahwa auto-tune merusak keaslian musik. Sebab, auto-tune membuat suara penyanyi terdengar tidak natural, dan mengurangi pentingnya keterampilan vokal alami. Ada anggapan bahwa auto-tune memungkinkan siapa saja untuk terdengar seperti penyanyi profesional, mengaburkan perbedaan antara bakat murni dan hasil teknologi.
Terlepas dari kontroversinya, tidak bisa diabaikan bahwa auto-tune telah merevolusi produksi musik modern. Ia kini menjadi standar di banyak studio rekaman dan Digital Audio Workstation (DAW) sebagai plugin. Hal tersebut memungkinkan engineer dan produser untuk menyempurnakan vokal atau bahkan menciptakan gaya vokal yang unik.
Ketika AI memasuki dapur rekaman
AI memang telah menyusupi seluruh lapisan kehidupan, tak terkecuali di ruang rekaman. Kekhawatiran bahwa AI akan menggantikan para musisi dan produser hebat yang telah bertahun-tahun mendedikasikan hidupnya untuk musik, alih-alih digunakan sebagai kolaborator, memang cukup besar.
Namun, kenyataannya AI lebih banyak berperan sebagai alat bantu yang kuat untuk meningkatkan efisiensi, kualitas, dan kreativitas. Misalnya saja, dengan automated mixing, AI dapat menganalisis setiap trek vokal, drum, bass, gitar) dalam sebuah lagu dan secara otomatis.
AI juga akan menyesuaikan level volume, panning, EQ (equalizer), kompresi, dan efek lainnya untuk menciptakan mix yang seimbang dan jernih. Ini sangat membantu bagi musisi independen atau studio kecil yang mungkin tidak memiliki engineer mixing profesional.
Mastering lagu dengan AI di dapur rekaman

Mastering lagu adalah tahapan terakhir dan krusial dalam proses produksi musik setelah semua instrumen dan vokal selesai direkam dan di-mixing. Bisa dibilang, ini adalah langkah poles akhir yang membuat lagu terdengar profesional, konsisten, dan siap untuk didistribusikan ke publik.
Dengan AI, layanan mastering seperti LANDR atau eMastered kini hadir dan memudahkan kerja para produser. Dengan algoritma canggih, AI menganalisis karakteristik audio seperti dinamika, frekuensi, dan lebar stereo.
Seluruh proses tersebut bertujuan untuk mengaplikasikan proses mastering yang optimal. Sehingga lagu terdengar profesional, siap rilis di berbagai platform, dan dipastikan agar terus terdengar bagus di sistem pemutaran mana pun.
Plugin DAW
Sebelum era DAW, produksi musik dilakukan di studio rekaman fisik dengan peralatan analog besar seperti mixing console, mesin tape reel-to-reel, dan berbagai perangkat keras efek. Prosesnya sangat manual, membutuhkan banyak waktu, biaya, dan keahlian teknis.
Kehadiran Digital Audio Workstation (DAW) telah mempermudah seluruh proses tersebut. DAW telah mendemokratisasi produksi musik, memungkinkan siapa saja dengan komputer dan audio interface yang memadai untuk menciptakan musik berkualitas tinggi dari mana saja.
Pada dasarnya, DAW adalah sebuah perangkat lunak atau sistem terintegrasi yang digunakan untuk merekam, mengedit, memanipulasi, mencampur (mixing), dan menghasilkan (mastering) file audio digital.
Beberapa DAW yang paling banyak digunakan di industri musik dan oleh musisi independen di antaranya, Pro Tools (Avid), Ableton Live, Logic Pro (Apple), FL Studio (Image-Line), hingga Cubase (Steinberg).