Newscapz

Mengapa Keamanan Siber Semakin Penting di Era Digital?

Mengapa keamanan siber itu penting? Di era digital saat ini, keamanan siber memainkan peran krusial dalam melindungi individu, organisasi, hingga pemerintah dari berbagai ancamanan dan serangan siber. Keamanan siber membantu melindungi informasi sensitif seperti data pribadi, catatan keuangan, kekayaan intelektual, hingga informasi bisnis. 

Selain itu, serangan siber dapat mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan bagi individu dan organisasi. Kasus kejahatan paling sering dilakukan pada kejahatan siber adalah pencurian dana, pembayaran tebusan, dan biaya yang terkait remediasi dan pemulihan. 

Ditambah, pelanggaran data atau insiden keamanan dapat berdampak buruk pada reputasi dan citra merek suatu organisasi. Dengan keamanan siber yang kuat akan membantu mengurangi risiko kerusakan reputasi. Dan yang tidak kalah penting, serangan siber seperti ransomware dan serangan penolakan layanan terdistribusi (DDos) akan sangat mempengaruhi waktu operasional bisnis yang berujung pada kerugian. 

Meningkatnya kompleksitas ancaman siber

Serangan siber adalah serangan yang mengacu pada tindakan yang dirancang untuk menargetkan komputer atau elemen dari sistem informasi yang terkomputerisasi. Pada umumnya, tujuan dari serangan siber adalah untuk menghancurkan, mencuri, atau hanya sekedar mengubah data. 

Serangan siber yang paling umum salah satunya denial-of-services (DoS). Serangan DoS dikembangkan untuk membanjiri sumber daya sistem sehingga tidak dapat merespon permintaan layanan yang sah. Serupa dengan serangan DoS ada serangan DDoS yang bermulai saat serangkaian besar mesin terinfeksi malware. 

Serangan DDoS dapat disebut juga sebagai serangan ‘denial of service’ sebab situs korban tidak dapat diakses bagi mereka yang ingin mengaksesnya. Akibat kedua serangan ini, situs web dapat dibanjiri permintaan ilegal sebab situs harus merespon setiap permintaan, serta sumber daya terkuras habis untuk merespon permintaan-permintaan tersebut. 

Kemudian, serangan paling umum lainnya adalah serangan siber man-in-the-middle (MITM). Serangan tersebut mengacu pada pelanggaran keamanan siber yang memungkinkan penyerang menguping data yang dikirim bolak-balik antara dua orang, jaringan, atau komputer. 

Serangan tersebut kemudian dikenal sebagai serangan man in the middle sebab penyerang memposisikan diri mereka di antara dua belah pihak. Selanjutnya, jenis serangan yang paling umum adalah serangan phishing. Serangan ini terjadi ketika pelaku kejahatan mengirimkan email yang seolah-olah berasal dari sumber terpercaya namun ternyata bertujuan untuk mencuri informasi sensitif dari korban. 

Dalam melancarkan aksinya, pelaku akan mengirimkan tautan yang kemudian mengarahkan korban ke situs web. Nantinya, pelaku akan menipu korban agar mengunduh malware yang berisi virus. Dalam banyak kasus, target kerap tidak menyadari bahwa mereka telah disusupi sehingga memudahkan penyerang untuk melancarkan aksinya.

Keamanan siber harus menjadi sebuah prioritas

Di dunia yang semakin digital, risiko kebocoran data, peretasan, dan berbagai kejahatan lainnya terus meningkat. Keamanan siber telah muncul sebagai pertahanan utama melawan kejahatan siber. 

eski jelas keamanan siber makin rentan, namun investasi dalam keamanan siber justru menurun. Manajer keamanan kerap dituntut untuk berbuat lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit. Dalam lingkungan saat ini, penting bagi para pemimpin keamanan untuk memaksimalkan investasi yang ada. 

Seiring dengan berkembangnya permukaan serangan, penting untuk memperbaiki celah keamanan siber seperti sistem yang belum ditambal ataupun port yang terbuka. Memahami celah seperti shadow IT penting dilakukan untuk mengatasi potensi ancaman besar terhadap operasional bisnis. 

Dengan meluasnya jejak digital, diperlukan alat untuk menemukan aset tersembunyi, mengevaluasi risiko, dan kemudian menyelaraskan dengan kebijakan keamanan perusahaan. Di sisi lain, proses keamanan tradisional kerap didasarkan pada metodologi relatif, taktis, dan berbasis peringatan. 

Dalam pendekatan keamanan siber ini, tim seringkali dibanjiri peringatan. Termasuk banyak notif palsu yang mengakibatkan eskalasi berlebih, keterlambatan respons, pemborosan tenaga kerja, dan potensi ancaman lolos. Dengan mengotomatiskan praktik keamanan, tim dapat beralih ke pendekatan manajemen kinerja keamanan yang lebih proaktif, strategis, dan berbasis risiko. 

Kemudian, dengan ekosistem digital yang terus berkembang, bahan ketika anggaran keamanan siber menyusut penting untuk memprioritaskan investasi dan sumber daya demi dampak yang maksimal. Data adalah kunci untuk membuat keputusan keamanan yang lebih tepat dan memastikan anggaran untuk keamanan dibelanjakan secara efektif.

Langkah praktis untuk keamanan siber yang lebih baik

Selain perlindungan teknis, membangun kebersihan siber yang kuat tergantung pada kebiasaan sehari-hari yang konsisten untuk meminimalkan risiko. Individu dan organisasi harus menerapkan penggunaan kata sandi yang kuat dan unik untuk setiap akun dan mengaktifkan autentikasi multi-faktor bila memungkinkan. 

Memperbarui perangkat lunak dan sistem operasi secara berkala sangat penting untuk menambal kerentanan yang diketahui dan mencegah penyerang mengeksploitasi sistem yang sudah usang. Pengguna juga harus tetap waspada terhadap email, pesan, dan tautan yang mencurigakan dengan memverifikasi sumbernya sebelum mengklik atau mengunduh apa pun. 

Selain itu, melakukan pencadangan data penting secara berkala—disimpan dengan aman secara offline atau di lingkungan cloud terpercaya—memastikan keberlanjutan jika terjadi ransomware atau kegagalan sistem. Dengan mengintegrasikan praktik sederhana namun efektif ini ke dalam rutinitas sehari-hari. Baik individu maupun bisnis dapat secara signifikan mengurangi paparan mereka terhadap ancaman siber.

Exit mobile version