Home » Tren Skincare Jangka Panjang: Apa Saja yang Akan Tetap Hits?

Tren Skincare Jangka Panjang: Apa Saja yang Akan Tetap Hits?

by Trisno Heriyanto

Di tengah lautan video pendek tentang skincare yang membanjiri platform seperti TikTok dan Instagram, wajar banget kalau kamu merasa kebingungan dan kewalahan dalam mengolah informasi. 

Satu influencer bilang produk A bagus, yang lain justru merekomendasikan produk B, bahkan ada yang bilang produk A berbahaya. Informasi yang tidak selaras ini bikin kita bingung mana yang harus dipercaya. 

Ditambah, dunia skincare di media sosial bergerak sangat cepat. Hari ini lip tint jadi bintang, besoknya giliran cushion yang populer, lalu minggu depannya mungkin ada jenis produk baru lain yang jadi primadona.

Platform seperti TikTok dan Instagram dirancang untuk terus menyajikan konten baru dan populer. Begitu ada produk atau tren yang meledak, algoritmanya akan terus mempromosikannya, menciptakan efek FOMO.

Bagaimana keadaan dunia skincare saat ini?

Tren skincare yang silih berganti ini bisa bikin kamu merasa harus terus-menerus mengikuti, padahal belum tentu sesuai dengan kebutuhan kulit. Banyak video pendek yang menampilkan rutinitas skincare dengan belasan produk. Ini bisa menciptakan persepsi bahwa untuk punya kulit bagus, kamu harus punya semua itu. 

Padahal, rutinitas dasar yang sederhana jauh lebih efektif dan tidak memberatkan kulit. Meskipun di masa depan tren akan terus berubah, temuan dari Populix merefleksikan sebuah pola. Bahwa pengguna skincare dari generasi milenial dan Z lebih kritis dengan produk yang saat ini dan akan dipakai. Dan, bukan sekadar ikut-ikutan saja.

Prediksi tren skincare

Dalam penelitian bertajuk Millennials & Gen Z Report: Local vs. Global Skincare Trends and Market Shifts, yang didapatkan melalui survei kepada 1.100 orang milenial dan Gen Z di seluruh Indonesia, ditemukan tren skincare yang akan terus populer di masa depan:

Produk dengan formula vegan dan cruelty-free (11 persen)

Tren pertama adalah produk perawatan kulit yang tidak mengandung bahan hewani dan tidak diuji pada hewan, sejak dari penyediaan bahan baku hingga menjadi produk akhir. 

Tren ini sangat dipengaruhi oleh gaya hidup vegan, yang menghindari semua produk hewani termasuk telur, susu, madu, bahkan bahan- bahan seperti gelatin. 

Selain itu, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesejahteraan hewan juga turut andil dalam tren ini.

Produk mengandung bahan fermentasi dan probiotik (15 persen)

Bahan fermentasi dan probiotik dikenal memiliki manfaat signifikan bagi kesehatan. Tak hanya menyehatkan dari dalam, produk ini pun juga memiliki manfaat bagi kulit. 

Beberapa di antaranya adalah memperkuat lapisan kulit dan mengurangi jerawat hingga peradangan. Uniknya tren ini cenderung lebih populer di kalangan laki-laki dan konsumen yang tinggal di Pulau Sumatera.

Skincare yang didukung AI (22 persen)

Perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan (AI) memberi dampak dalam berbagai lini kehidupan, industri perawatan kulit pun tak ketinggalan. 

Dilansir dari laporan BEAUTYSTREAMS 1, AI akan berperan penting dalam menghadirkan pengalaman yang lebih consumer-centric. 

Mulai dari analisa kulit dan rambut personal hingga peracikan produk skincare sesuai kebutuhan, juga mencoba make up secara virtual. 

Produk berbasis sains dan dermatologi (26 persen)

Konsumen kini lebih kritis terhadap apa yang mereka konsumsi sehari-hari, termasuk penggunaan produk perawatan kulit. Konsumen muda, Milenial dan Gen Z, cenderung memilih produk perawatan yang didukung temuan saintifik dari uji laboratorium dan ahli dermatologi, ketimbang produk berbasis mitos dan kepercayaan.

Hybrid skincare (37 persen)

Kepraktisan kombinasi produk skincare dan make up jadi solusi bagi generasi muda yang dituntut lebih sat-set. Pasalnya mereka bisa menghemat waktu berdandan sebelum pergi keluar rumah, tanpa kompromi terhadap kesehatan kulit. 

Beberapa di antaranya adalah foundation dengan kandungan SPF untuk menghalau sinar UV, lipstick yang menjaga kelembaban bibir, blush on dengan kandungan niacinamide, hingga bronzer dengan manfaat berbagai minyak esensial.

Clean beauty (54 persen)

Terakhir dan yang paling populer adalah tren produk yang menonjolkan bahan natural minim zat kimia. Bahan-Bahan “hijau” ini dipilih karena dinilai lebih ramah lingkungan dan berdampak paling minim pada lingkungan. 

Tren ini sangat digemari oleh kaum milenial khususnya wanita, seturut popularitas gaya hidup sustainable living beberapa tahun terakhir. 

Mayoritas responden berpendapat bahwa tren ini masih akan populer beberapa tahun ke depan, melihat terus meningkatnya kesadaran ekologis di masyarakat.

You may also like