Tren ‘main character energy’ kembali ramai dibicarakan. Sebelumnya, tren ini sempat ramai bergaung di media sosial di tahun 2020 silam. Jika diterjemahkan, ‘main character energy’ artinya ‘energi karakter utama’ yang merujuk kepada orang-orang yang percaya diri dan menempatkan diri mereka sebagai bintang utama dalam film—hidup—mereka sendiri.
Artinya, kita ataupun mereka, berinvestasi pada diri sendiri dan mengutamakan diri sendiri. Pola pikir ini mendorong kita untuk merangkul segala keunikan yang ada untuk kemudian menjadi pahlawan dalam kehidupan kita sendiri.
Harapannya, dengan menerapkan main character energy, kita dapat menjalani hidup dengan lebih percaya diri dan berkharisma layaknya para pemeran utama. Namun, pola pikir ini juga dapat menyimpang menjadi sikap egois, bahkan lebih parah narsisme.
Karakteristik main character energy

Shannon Sauer-Zavala, PhD adalah seorang psikologi klinis dan profesor madya di University of Kentucky. Ia menyebutkan bahwa salah satu karakteristik dari orang-orang yang memiliki main character energy adalah tegas.
Mereka juga cenderung mudah menarik perhatian orang lain saat berada di tempat umum, tidak menunjukkan sikap minder, serta cenderung percaya diri dengan langkah yang mereka ambil. Orang dengan main character energy juga kerap merasa nyaman saat menjadi pusat perhatian.
Shannon juga menyebutkan bahwa mereka, yang memiliki main character energy, biasanya kurang peka terhadap orang lain. Sifat ini bisa jadi baik kalau kamu selama ini sering mengesampingkan kebutuhanmu sendiri demi orang lain.
Artinya, punya main character energy bisa membantumu jadi lebih peduli pada diri sendiri, menetapkan batasan, dan tidak selalu mengalah untuk orang lain. Ini adalah cara untuk memastikan kebutuhanmu juga terpenuhi.
Namun, sifat ini bisa jadi masalah kalau kamu sudah terbiasa mengabaikan orang lain demi kepentingan sendiri. Dalam kasus ini, main character energy justru bisa memperburuk kecenderungan untuk egois atau tidak peduli pada orang lain, tanpa mempertimbangkan apakah tindakan tersebut benar atau tidak.
Begini cara menumbuhkan energi positif
Untuk menjadi karakter utama dalam hidupmu sendiri, ada banyak hal yang harus dihentikan dan dimulai. Pertama-tama, berhenti membandingkan hidup kamu dengan hidup orang lain.
Yang sering diabaikan adalah, akan selalu ada seseorang yang memiliki lebih banyak dan lebih sedikit dari yang kita miliki. Jadi, terus membandingkan diri dengan mereka hanya berujung pada rasa insecure yang tidak berarti.
Untuk menghentikan kebiasaan membanding-bandingkan, cobalah untuk mencari apa yang kamu—sebenarnya—inginkan. Fokuslah untuk membangun hubungan dengan diri sendiri untuk mendengarkan apa yang membuat kamu bahagia. Kemudian, mulailah kejar hal-hal tersebut.
Jika kamu bahkan tidak tahu apa yang membuat kamu bahagia, mulainya dengan mengeksplorasi. Tokoh utama menarik karena mereka memiliki sesuatu yang unik. Mereka mengeksplorasi ‘siapa mereka’ melalui alur cerita mereka. Mereka memiliki keinginan, kebutuhan, impian, tujuan, dan motivasi.
Dan, cobalah untuk mengurangi waktu untuk mengkritik diri sendiri. Tokoh utama tidak mengkritik dan menjebloskan diri sendiri ke dalam lubang hitam. Mereka belajar dari apa yang mereka perlu pelajari, percaya diri untuk membuat perubahan, dan terus bergerak maju.
Ketika main character energy berubah menjadi toxic

Main character energy itu tentang menjadikan dirimu prioritas. Ini bagus jika kamu butuh lebih banyak perhatian pada diri sendiri. Tapi, bisa berbahaya kalau kamu sudah terlalu fokus pada diri sendiri dan mengabaikan orang lain tanpa alasan yang tepat.
Tidak ada yang salah dengan perasaan bangga dengan pencapaian dan kisah yang kamu harus dilalui untuk mendapatkan kemenangan tersebut. Namun, ketika kita mulai melihat dunia hanya berputar di sekitar kita, jika tidak segera kamu sadari, mungkin kamu telah menciptakan dunia yang toxic untuk dirimu sendiri.
Melihat diri sendiri sebagai “karakter utama” dapat menjebak seseorang dalam pola pikir tetap. Alih-alih merangkul kolaborasi atau belajar dari orang lain, kamu mungkin menjadi terlalu fokus pada alur cerita sendiri, yang kemudian menghambat pengembangan pribadi.
Dalam lingkup pekerjaan, sifat seperti ini kerap menciptakan gesekan dalam tim, rekan kerja mungkin akan merasa tidak dihargai, dan inovasi bisa-bisa terhambat karena kamu tidak membiarkan orang lain berbicara. Sedangkan dalam hubungan pribadi, orang-orang mungkin akan memutuskan hubungan emosional dan mulai menjauh perlahan-lahan.
Tips agar main character energy tetap menjadi nilai yang positif
Untuk menghindari hal-hal tersebut, cobalah untuk mendengarkan lebih banyak. Sering kali, dalam sebuah percakapan, kita cenderung fokus pada apa yang akan kita katakan selanjutnya, bahkan sebelum orang lain selesai bicara.
Daripada sibuk menyusun respons di kepala, cobalah untuk mendengarkan, memahami isi pesan, dan menangkap nuansa dari apa yang disampaikan lawan bicara. Dengan mendengar, artinya kamu juga tengah melatih empati.
Setiap orang punya tantangan, kesulitan, keberhasilan, dan kisahnya masing-masing. Cobalah menempatkan diri dengan melihat situasi dari sudut pandang mereka. Terakhir, fokuslah pada ‘kita’ dan bukan ‘aku’.
Baik di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi, pikirkan tentang bagaimana kamu dapat membangun koneksi alih-alih hanya menonjolkan diri sendiri.