Melalui laman sosial media miliknya pada Januari 2025, Tyson Fury mengumumkan bahwa ia akan ‘gantung’ sarung tinju. Pengumuman pensiun ini ia nyatakan setelah menelan dua kekalahan beruntun dari Oleksandr Usyk asal Ukraina. Kendati demikian, ini bukanlah kali pertama Tyson Fury menyampaikan bahwa ia akan pensiun,
Di tahun 2022 silan, Tyson sempat mengatakan bahwa ia akan gantung sarung tinju pada bulan April. Namun, belum ada setahun, ia kembali naik ring di bulan Desember dengan tetap mempertahankan kejayaannya setelah menang dari Dereck Chisora. Ia juga sempat absen selama hampir tiga tahun karena ingin mencalonkan diri sebagai anggota parlemen.
Ia bermain di kelas berat dengan apik, namun juga dikenal sebagai petarung yang menyia-nyiakan bakatnya. Tyson bahkan sempat menghadapi hukuman larangan bertanding karena ditemukan kandungan steroid anabolik nandrolone dalam tubuhnya. Dalam sejarah kariernya, ia juga dikenal sebagai petinju yang menghindari pertarungan menantang yang menyiksa tubuh.
Namun, bahkan untuk orang-orang yang tidak menyukai olahraga tinju, mereka pasti mengenal Tyson Fury. Namanya kerap dibicarakan dan memancing rasa penasaran, setidaknya tentang sosoknya dan olahraga yang dilakukannya.
Sejarah tinju sampai jadi olahraga profesional

Pada era Yunani Kuno, tinju merupakan salah satu olahraga profesional yang dilombakan dalam sejarah Olimpiade pertama. Di sisi lain, tepatnya Roma Kuno, saat gelaran tinju, para petinju akan mengenakan cetus, penutup tangan dari kulit bertabur logam yang dapat melukai lawan. Terkadang, olahraga ini juga menjadi tontonan dari gelaran gladiator.
Lama tak lagi terdengar, pada abad ke-18 tinju mulai kembali dihidupkan di London. Saat itu, arena tinju digunakan sebagai tempat peserta mencari uang dan menjadi area judi bagi penonton. Para petinju yang bertanding akan menggunakan tangan kosong, bahkan tidak memakai sarung tangan.
Petinju pertama yang diakui sebagai Juara Kelas Berat adalah James Figg pada tahun 1719. Pada tahun 1743, John Broughton menjadi juara berikutnya. Ia kemudian merumuskan seperangkat aturan yang menstandarisasi beberapa praktik dan meniadakan praktik lainnya.
Aturan Broughton mengatur tinju hingga tahun 1838. Baru kemudian, ketika Original London Prize Ring Rules lahir, dibuat berdasarkan pada aturan Broughton, aturan Broughton yang lama tidak lagi digunakan. Revisi pertama pada aturan tersebut dibuat di tahun 1853, dan menjadi dasar olahraga ini hingga akhir abad ke-19.
Aturan terbaru sejak saat itu dinamakan Aturan Queenberry. Peraturan tersebut dibuat pada tahun 1857 oleh seorang petinju bernama John Graham Chambers, di bawah naungan John Sholto Douglas, Marquis of Queensberry ke-8.
Aturan Queensberry

Pada setiap pertandingan tinju, para pemain akan berdiri di atas ring berukuran 24 kaki (7,3 m). Selain pemain, tidak ada orang lain yang diizinkan untuk berdiri di atas ring. Saat pertandingan berlangsung, para pemain akan menggunakan alat pelindung diri di area vital.
Para pemain juga wajib menggunakan sarung tinju. Apabila sarung rusak atau terlepas, pemain berhak mengganti sarung tinju dengan persetujuan wasit. Ketika pertandingan dimulai, dalam aturan Queensberry, para petinju dilarang untuk bergulat atau berpelukan.
Durasi setiap ronde adalah tiga menit dengan jeda antar ronde selama satu menit. Jika salah satu dari mereka jatuh, pemain harus bangkit tanpa bantuan dalam sepuluh detik. Perlu diperhatikan bahwa pemain yang bergantung pada tali dalam kondisi tidak berdaya, dengan jari-jari kaki yang menyentuh tanah tetap akan dianggap jatuh.
Selain itu, pemain yang berlutut dengan satu kaki juga akan dianggap jauh. Dan, apabila dalam posisi tersebut ia dipukul, maka ia dan tim berhak menerima taruhannya. Baru ketika pemain tersebut telah berdiri, ronde permainan akan dilanjutkan. Namun, jika pemain yang jatuh gagal bangkit, wasit berwenang untuk memberikan hadiahnya kepada pihak sebelah.
Dalam pertandingan tinju, permainan harus diakhiri dengan keputusan menang dan kalah. Bila suatu pertandingan dihentikan, maka wasit harus segera menentukan waktu dan tempat untuk mengakhiri pertandingan tersebut. Namun, pada keadaan tertentu, apabila kedua belah pihak sepakat untuk mengakhiri pertandingan menjadi seri, permainan dapat berhenti.