Basis penggemar Kpop telah bertumbuh secara besar-besaran. Mereka, para penggemar Kpop, mungkin adalah orang-orang paling royal. Para penggemar tidak ragu mengeluarkan jutaan won (mata uang Korea Selatan) untuk membeli ratusan album, merchandise dengan harga yang tidak masuk akal, dan berlomba agar dapat melakukan panggilan video dengan sang idola.
Kpop adalah sebuah genre yang benar-benar sukses mendunia. Idola Kpop dilatih untuk menjadi sosok yang sempurna. Mulai dari penampilan fisik, penampilan panggung, vokal, tarian, bahkan sikap mereka di depan kamera. Semua diatur untuk menciptakan sebuah sosok idola sempurna yang pantas menjadi panutan.
Namun, visual bukan satu-satunya hal yang membuat seseorang jatuh cinta dengan idola Kpop. Daya tarik Kpop datang dari segala arah, termasuk dari hal-hal di luar musik. Di bawah naungan agensi masing-masing, idola memproduksi berbagai macam konten. Mulai dari video pendek yang diunggah di TikTok, postingan Instagram, hingga vlog untuk YouTube.
Penggemar bukan hanya terhibur, namun juga merasa semakin dekat dengan idola mereka. Perasaan dekat ini tercipta karena penggemar merasa bahwa mereka kenal dengan idola mereka, lewat konten-konten tersebut. Lambat laun, secara tidak sadar, terciptalah hubungan parasosial.
Apa itu hubungan parasosial?

Hubungan parasosial adalah hubungan sepihak yang dijalin pengguna media sosial dengan persona media. Sederhananya, hubungan ini tercipta karena pengguna merasa dekat dengan orang lain yang ditemuinya di media sosial karena apa yang mereka tunjukkan di depan kamera.
Hubungan ini dapat tercipta antara penggemar dengan selebriti, karakter fiksi, influencer, karakter animasi, aktor, maupun tokoh yang ‘cukup’ berpengaruh. Dari yang awalnya hanya kagum, dapat berkembang menjadi hubungan romantis hingga hubungan negatif dengan tokoh yang berbeda.
Ada tiga jenis hubungan parasosial yang kerap dibahas, yakni hiburan-sosial, intens-pribadi, dan ambang-patologis. Hubungan hiburan-sosial adalah bentuk paling umum di mana penggemar mereka terhidup dan terhubung dengan selebritas.
Kedua, intens-pribadi adalah saat penggemar merasa dekat dengan selebritas secara emosional. Pada tahap ini mereka merasa bahwa selebritas memahami mereka, dan mereka memberikan dukungan kesetiaan terhadap selebritas tersebut.
Hubungan ini melibatkan perasaan kekaguman yang lebih besar dan ingin mengetahui lebih jauh tentang kehidupan idola favoritnya. Terakhir adalah ambang-patologis yang pada tingkat ini menunjukkan keterikatan yang kuat, dan cenderung ke arah yang tidak sehat.
Pada fase ini, penggemar mungkin mulai merasakan kecemasan dan depresi saat mereka tidak dapat berhubungan dengan selebritas mereka. Mereka mulai mencari cara, yang cenderung ekstrem, untuk dapat lebih dekat dengan idola mereka.
Apakah ini jenis hubungan yang sehat?
Hubungan parasosial dapat mempengaruhi orang dalam berbagai cara. Sayangnya, kerap menjurus kepada hubungan yang negatif. Penggemar yang terlalu berlebihan seringkali menghabiskan waktu dan uang hanya untuk idolanya.
Mereka mengecek media sosial sepanjang waktu, merasa memiliki hubungan spesial dengan sang idola, memikirkan mereka sepanjang waktu, membayangkan bahkan sampai menguntit kehidupan pribadi idolanya.
Apabila mereka kehabisan uang, mereka tak ragu untuk meminjam dalam jumlah besar. Biasanya, penggemar yang sudah sampai pada titik ini bukan menganggap idolanya sebagai sosok musisi, tetapi menganggap idolanya sebagai sosok yang ia kenal dekat. Bahkan, merasa punya hak atas idola tersebut.
Fenomena yang ini seringkali terjadi, terutama kepada mereka yang sudah sangat mendalami dan menginvestasikan waktu serta emosi pada idola mereka. Mereka merasa seolah-olah dukungan yang mereka berikan memberikan mereka “hak” untuk memiliki kendali atas idola mereka.
Ketika hubungan parasosial berkembang ke arah positif

Meski kerap dikaitkan dengan asumsi negatif, namun hubungan parasosial terbukti telah membantu banyak orang. Misal, lewat hubungan parasosial dengan idola, banyak yang terbantu karena hubungan tersebut mengobati rasa kesepian.
Sebuah studi di tahun 2022 menunjukkan bahwa jumlah hubungan parasosial meningkat selama pandemi. Kesimpulan dari studi tersebut mengatakan bahwa mungkin saja hubungan ini telah membantu banyak orang untuk mengatasi situasi ketika mereka memiliki kesempatan terbatas untuk bertemu dengan teman dan keluarga.
Kemudian, orang-orang yang memiliki hubungan parasosial kerap menjadikan selebriti yang mereka sukai sebagai panutan untuk meningkatkan kehidupan mereka. Contohnya penggemar Kpop. Banyak dari mereka yang mulai mempelajari bahasa Korea dengan tujuan dapat mengerti apa yang tengah dibicarakan idola mereka tanpa subtitle.
Kesuksesan yang diraih oleh para idola Kpop juga mendorong penggemar mereka untuk memiliki hidup yang juga sukses. Saat memiliki kesempatan bertemu, penggemar juga ingin menunjukkan kepada idola mereka bahwa mereka adalah penggemar yang juga sukses.