Grand Prix Singapura di mulai hari ini, Jumat (3/10). Sesi media dan jumpa fans telah berlangsung sejak pagi tadi. Di hari ini pula, para pembalap akan mulai mencoba mobil dengan berbagai setup, uji ban, dan adaptasi dengan trek pada sesi free practice.
Berbeda dengan gelaran GP sebelumnya, FIA selaku badan pengelola F1 telah menerbitkan surat pengumuman penting untuk gelaran GP Singapura kali ini. Pengumuman tersebut menyatakan bahwa balapan GP Singapura diklasifikasikan sebagai balapan dengan “bahaya panas”.
Keputusan FIA ini dipicu karena suhu diperkirakan akan melebihi 31C di tengah udara yang lembab tinggi di lingkungan tropis. Dengan kondisi tersebut, artinya para pembalap dapat menggunakan rompi pendingin selama sesi balapan.
Penggunaan rompi ini memang tidak wajib. Namun, tim harus memasang sistem tersebut pada mobil untuk memastikan pengemudi yang tidak menggunakannya tidak mendapat keuntungan karena memiliki mobil yang lebih ringan.
Aturan F1 untuk mendinginkan pembalap di cuaca panas ekstrem

FIA mengeluarkan aturan apabila “bahaya panas” diumumkan, maka para pembalap diminta untuk mengenakan perlengkapan pendingin pembalap. Aturan ini dikeluarkan sebagai respons terhadap GP Qatar di bulan Oktober tahun 2023.
Perlombaan yang digelar di Losail International Circuit tersebut digelar di bawah suhu 31-32 derajat celcius. Kondisi ini diperparah dengan tingkat kelembapan udara yang tinggi. Meski balapan diselenggarakan di malam hari, suhu di dalam kokpit masih sangat tinggi. Akibatnya, lingkungan menjadi panas dan aliran udara terbatas.
Akibatnya, beberapa pembalap menunjukkan gejala kelelahan yang hebat. Salah satunya Esteban Ocon yang mengatakan jika dirinya muntah di dalam helm. Kemudian, Alex Albon juga harus dibawa ke medical centre akibat acute heat exposure. Hingga Lance Stroll yang mengatakan bahwa dirinya hampir hilang kesadaran.
Setelah balapan usai, FIA kemudian mengumumkan bahwa mereka akan melibatkan Medical Commission, mengkaji modifikasi untuk ventilasi kokpit, dan “guidance for competitors”, serta kemungkinan perubahan kalender agar GP di Qatar (atau sirkuit lain) diadakan di waktu yang lebih sejuk.
Sebagai respons, aturan untuk mendinginkan pembalap di cuaca panas ekstrem pun dikeluarkan. Hal ini menjadikan GP Singapura sebagai balapan pertama sepanjang 2025 yang menerapkan regulasi penggunaan rompi dingin (vest cooling). Sirkuit Marina Bay Street juga menjadi yang pertama mendapat peringatan “bahaya panas” yang pertama.
Cara kerja sistem pendingin untuk para pembalap

Meskipun suhu di dalam kokpit mobil F1 berpotensi melebihi 40 derajat Celcius, pembalap tetap harus mengenakan serangkaian perlengkapan pelindung. Perlengkapan ini terdiri dari balaclava yang menutupi kepala, leher, dan sebagian wajah. Kemudian diikuti oleh underwear (atas dan bawah), kaus kaki tahan api, race suit, serta sarung tangan dan sepatu balap.
Dengan banyaknya pakaian yang harus dikenakan oleh para pengemudi, belum apa-apa saja mereka sudah gerah. Ditambah pengumuman “bahaya panas” yang dikeluarkan untuk GP Singapura, maka para pembalap diharapkan menggunakan rompi tahan api yang telah dilengkapi dengan tabung tempat cairan dingin dialirkan oleh pompa.
Aturannya mengatakan bahwa sistem ini harus berlangsung sepanjang balapan, tetapi tidak semua tim berhasil menjalankannya selama itu. Dan komplikasinya adalah ketika sistem berhenti bekerja, hal itu dapat membuat pengemudi lebih panas daripada yang seharusnya. Itu karena rompi yang dilengkapi dengan sistem pendingin bersifat isolator dan cairan dapat menjadi lebih panas daripada suhu sekitar karena suhu mobil.
Melansir dari BBC, setiap tim telah mendesain dengan sistem dan cara kerja yang berbeda, tergantung pada masing-masing mobil. Ada yang memasang perangkat pendingin dan pompa di bagian depan sasis. Lalu, ada yang memasangnya di struktur penahan samping di samping kokpit, dan ada pula yang memasangnya di dalam sasis.
Apa kata para pembalap?

Dalam sebuah wawancara, pembalap Mercedes, George Russell, mengungkapkan tentang kenyamanan penggunaan rompi pendingin di dalam mobil secara keseluruhan. Ia mengatakan bahwa saat melewati tikungan berkecepatan tinggi dengan gaya G-force yang besar, ia bisa merasakan tabung di sisi tulang rusuknya.
“Saya rasa itu memang menjadi masalah bagi saya di awal. Mereka membuat beberapa perubahan, dan sudah ada perbaikan, tetapi seperti yang saya katakan, masih ada ban yang melingkari tulang rusuk, yang bukan tempat yang ideal untuk itu. Di Singapura, tidak banyak tikungan berkecepatan tinggi, dan gaya gravitasi lateralnya tinggi, jadi saya rasa itu tidak akan menjadi masalah besar,” ungkap George, mengutip dari BBC.
Di sisi lain, Carlos Sainz dari William ungkap bahwa keputusan FIA untuk mengeluarkan peringatan “bahaya panas” ini adalah adil mengingat GP Singapura terkenal karena kombinasi panas, lembab, dan lamanya balapan membuatnya menjadi pertarungan jalanan yang sulit ditaklukan.
“”Hanya panas saja tidak terlalu buruk bagi kami. Kami mengalaminya, misalnya, di Hongaria yang sangat panas tetapi tidak lembap. Kelembapan saja tidak terlalu buruk jika tidak terlalu panas. Tapi kalau suhunya 28C, 30C atau lebih, suhunya akan mencapai level Singapura dan itu sulit,” ungkap Carlos.